ERA.id - Arab Saudi melakukan eksekusi mati terhadap 81 orang yang dihukum atas beberapa kejahatan keji, termasuk terorisme. Eksekusi masal ini tercatat sebagai yang terbesar di banding tahun lalu.
Dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan oleh Saudi Press Agency (SPA) resmi, Kementerian Dalam Negeri Saudi mengatakan orang-orang yang dieksekusi terlibat dalam beberapa kejahatan keji, termasuk terlibat dalam kelompok Negara Islam, Al-Qaeda, pasukan pemberontak Huthi Yaman, hingga organisasi teroris lainnya.
Kejahatan yang dilakukan oleh 81 orang itu telah menyebabkan sejumlah besar warga sipil dan petugas penegak hukum tewas. Bukan hanya itu saja, dalam pernyataan resminya juga disebutkan kejahatan itu termasuk penculikan, penyiksaan, pemerkosaan, penyelundupan senjata dan bom ke kerajaan.
"Itu juga termasuk hukuman karena menargetkan personel pemerintah dan situs ekonomi vital, pembunuhan petugas penegak hukum dan melukai tubuh mereka, dan menanam ranjau darat untuk menargetkan kendaraan polisi," kata SPA via france24, Senin (14/3/2022).
"Hukuman itu termasuk kejahatan penculikan, penyiksaan, pemerkosaan, penyelundupan senjata dan bom ke kerajaan," tambahnya.
Dari 81 orang yang dieksekusi mati, 73 orang diantaranya adalah warga negara Saudi, tujuh warga Yaman, dan satu orang warga Suriah.
SPA mengatakan semua yang dieksekusi sudah lebih dulu diadili di pengadilan Saudi, dengan persidangan yang diawasi oleh 13 hakim, diadakan dalam tiga tahap terpisah untuk setiap individu.
"Kerajaan akan terus mengambil sikap tegas dan teguh terhadap terorisme dan ideologi ekstrimis yang mengancam stabilitas," ucapnya.
Sayangnya eksekusi mati itu memicu kecaman dari kelompok Hak Asasi Manusia Saudi Eropa. Mereka mengatakan bahwa mereka menghadapi klaim oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman, penguasa de facto Arab Saudi, bahwa negara itu merombak sistem peradilannya dan membatasi penggunaan hukuman mati.
"Eksekusi ini adalah kebalikan dari keadilan," kata Ali Adubosi, direktur Oraganisasi Hak Asasi Manusia Saudi Eropa, dikutip New York Times.
Arab Saudi telah menjadi sasaran serangkaian penembakan dan pemboman yang mematikan sejak akhir 2014, yang dilakukan oleh kelompok ekstrimis ISIS. Kerajaan itu juga memimpin koalisi militer yang telah berperang di Yaman sejak 2015 melawan pemberontak Huthi yang didukung Iran.
Selama ini Arab Saudi sedang berupaya untuk membersihkan citarnya dalam beberapa tahun terakhir karena berusaha menarik lebih banyak pariwisata dan bisnis.
Namun perangnya di Yaman, pembunuhan tahun 2018 atas kolumnis Washington Post Jamal Khashoggi di konsultan Saudi dan tindakan keras terhadap perbedaan pendapat telah meninggalkan noda abadi pada reputasinya.
Sementara itu, eksekusi masal terakhir kerajaan terjadi pada Januari 2016, ketika kerajaan mengeksekusi 47 orang, termasuk seorang ulama Syiah oposisi terkemuka yang telah menggalang demonstrasi di kerajaan.
Arab Saudi memiliki salah satu tingkat eksekusi tertinggi di dunia kelima dalam daftar yang disusun oleh Amnesty International, empat lainnya adalah China, Iran, Mesir dan Irak.