ERA.id - Maskapai penerbangan murah asal Irlandia Ryanair dituduh melakukan diskriminasi terhadap penumpang. Maskapai tersebut meminta penumpang untuk membuktikan kewarganegaraan mereka sebelum lepas landas dengan memberikan sebuah tes.
Menurut laporan CNN, Ryanair melakukan aksi diskriminasi rasial setelah memberikan tes kepada penumpang dalam bahasa Afrikaans, yang diperuntukan kepada orang kulit hitam Afrika Selatan. Padahal bahasa tersebut hanya digunakan oleh 12 persen dari populasi yang telah lama diidentifikasi dengan apartheid dan minoritas kulit putih.
Berita tentang tes itu terungkap bulan lalu setelah seorang penumpang yang melakukan penerbangan dari Portugal ke London mengungkapkannya di media sosial. Ia mengaku diminta untuk menyelesaikan tes sebanyak dua halaman dalam bahasa Afrikaans sebelum diizinkan naik ke penerbangannya.
Keputusan Ryanair pun memicu kemarahan di antara orang Afrika Selatan dan mengkritik maskapai tersebut. Mereka bahkan menunjukkan bahwa selama ini Afrika Selatan memilik 11 bahasa resmi, dan banyak warga negara tidak berbicara bahasa Afrika.
Menanggapi kecaman keras tersebut, pihak Ryanair pun merilis pernyataan resmi mereka. Pihaknya mengatakan tes tersebut berisi tentang pengetahuan umum Afrika Selatan, yang dikeluarkan demi mencegah maraknya paspor Afrika Selatan palsu.
"Untuk meminimalkan risiko penggunaan paspor palsu, Ryanair mewajibkan penumpang dengan paspor Afrika Selatan untuk mengisi kuesioner sederhana dalam bahasa Afrikaans," bunyi pernyataan itu, dikutip CNN, Rabu (8/6/2022).
"Jika mereka tidak dapat mengisi kuesioner ini, mereka akan ditolak bepergian dan diberikan pengembalian uang penuh sebagai gantinya," lanjutnya.
Maskapai berbiaya rendah itu mengatakan tes itu akan berlaku untuk setiap pemegang paspor Afrika Selatan yang terbang ke Inggris dari bagian lain Eropa dengan maskapai itu. Namun
Komisi Tinggi Inggris di Afrika Selatan mengatakan di Twitter bahwa tes Ryanair bukan persyaratan pemerintah Inggris untuk memasuki negara itu.
Bahasa Afrikaans adalah bahasa ketiga yang paling banyak digunakan setelah Zulu dan Xhosa. Dari 11 bahasa resmi di Afrika Selatan, sedikitnya bahasa Afrikaans digunakan oleh 12 persen dari 58 juta orang di negara tersebut.
Penggunaan bahasa Afrikaans ini telah lama diidentifikasi dengan ideologi apartheid dan dianggap sebagai bahasa resmi sampai akhir apartheid pada tahun 1994.