ERA.id - Satu persatu perusahaan rintisan (startup) di Indonesia berguguran. Tekanan situasi global menjadi tantangan berat d tahun ini, tak ayal, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) menjadi hal yang tak dapat dhindari.
Situasi ini mendapat mengamatan langsung oleh PT Bank OCBC NISP Tbk. OCBC NISP tetap memberi dukungan terhadap startup lewat lini bisnisnya yakni, OCBC NISP Ventura, ada 15 perusahaan yang telah mendapatkan suntikan dana.
Beberapa diantaranya, 99Group, Dekoruma, Rukita, AwanTunai, GajiGesa, IDN Media, USS Networks, EdenFarm dan Sirclo. Bahkan, pada semester kedua tahun ini, OCBC NISP Ventura masih akan menyuntikkan modal.
Managing Director OCBC NISP Ventura, Darryl Ratulangi mengaku telah mengantongi daftar perusahaan yang akan dibidik pada paruh kedua tahun 2023 ini. Tak dijelaskan secara pasti perusahaan apa saja, hanya saja, OCBC NISP Ventura membuka kesempatan pemodalan untuk semua sektor bisnis.
"Tidak hanya fintech, kami melakukan investasi di semua sektor di Indonesia. Cuma memang karena kami anak usaha dari perusahaan perbankan, investasi kami tidak jauh dari finance," tutur Darryl di Jakarta, Selasa, (8/8/2023).
Darryl juga menerangkan alasan OCBC NISP Ventura akan tetap menyuntikkan modal pada startup di tengah badai PHK yang menghantui industri tersebut. Masih rugi, di mana cash dalam perusahaan mereka sudah mau habis, jadi kalau mereka tidak melakukan PHK atau pengurangan karyawan sudah pasti mereka akan tutup
"Kondisi tersebut adalah hal yang lumrah karena terjadinya perubahan iklim bisnis. Dalam kasus PHK di industri startup, beberapa perusahaan mungkin tidak memiliki pilihan lain saat keuangan mereka negatif," ujarnya.
Sementara mengenai isu yang beredar bahwa startup melakukan PHK dikarenakan melakukan terlalu banyak perekrutan dalam beberapa tahun terakhir, Darryl mengatakan, itu tidaklah benar sepenuhnya. Pasalnya, keadaan saat perusahaan melakukan perekrutan besar-besaran memanglah dibutuhkan kala itu, tapi situasi saat ini sudah sangat berbeda.
Menurutnya, pada saat itu, startup dalam mendapatkan pendanaan sangat mudah. Hal itu membuat perusahaan layaknya gurita yang harus membesarkan lini bisnis ke segala penjuru.
"Tadinya misalnya perusahaan ojek online jadi masuk payment, masuk media segala macam. Saat bisnis menjadi lebih sulit, iklim bisnis berubah, sudah pasti perusahaan harus merampingkan perusahaan," ujarnya.
Berdasarkan pengamatannya, semua perusahaan akan kembali ke fokus perusahaan pada awalnya atau tidak mengembangkan bisnis di luar keahliannya. Nah, inilah momentum yang tepat jika hendak berinvestasi di start up.
Kendati demkian, Darryl mengaku berpegang teguh pada prinsip kehati-hatian dalam menginvestasikan dana.