ERA.id - Andovi da Lopez meluapkan rasa kekesalan dan menyindir pedas Kaesang Pangarep yang maju Pilgub DKI Jakarta setelah Mahkamah Agung ((MA) memerintahkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) mencabut aturan soal batas usia calon kepala daerah.
Andovi mengamuk menggunakan bahasa Inggris. Ia sadar pernyataannya ini akan mendapatkan kebencian dari netizen. Namun, ia merasa ada kejanggalan dari pemberitaan Kaesang yang tengah menghebohkan masyarakat saat ini.
"Aku akan mendapat banyak kebencian karena memposting video ini, tapi persetan saja. Disclaimer, gue tidak mendukung siapa-siapa. Saya bukan untuk siapapun atau pihak manapun atau apapun," ujarnya, dikutip dari unggahan video akun Instagram @andovidalopez.
"Aku tidak menentang mereka. Aku tidak cukup mengenal mereka. Saya tidak menentang kepastian dia orang yang baik. Gue udah disclaimer ya. Biar gue nggak disangka anak abah (Anies Baswedan), Ganjar, gue nggak disangka anti Prabowo. No, no, no," tambahnya.
Andovi membagikan tangkapan layar berita yang memuat potret Budisatrio Djiwandono yang dikabarkan akan maju sebagai calon gubernur DKI Jakarta di 2024. Foto Budisatrio kemudian berdampingan dengan suami Erina Gudono, yang kabarnya menjadi wakilnya.
"Pasal 7 ayat (2) huruf e disebutkan: berusia paling rendah 30 (tiga puluh) tahun untuk Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur serta 25 (dua puluh lima) tahun untuk Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati serta Calon Wali Kota dan Calon Wakil Wali Kota," bunyi tulisan berita tersebut.
"Ketika berita kemarin keluar ada wakil gubernur yang mau mencalonkan diri. pertanyaan gua langsung bukannya aturannya 30 tahun?" tanyanya.
"Gue baca berita bahwa MA tidak harus 30 tahun, diubah aturannya. Aku tidak menentang pria itu. Tapi kalau seperti ini negara kita nantinya 'Kami akan mengubah peraturannya. Apa pun kebutuhan yang dibutuhkan, itu sesuai dengan siapa pun yang membutuhkan perubahan peraturan'," lanjutnya
Andovi juga menyampaikan permintaan maaf, tetapi dirinya harus angkat bicara. Ia menceritakan pengalamannya yang pernah bertemu Presiden Jokowi hingga dua kali. Andovi yakin dia sosok yang baik, tetapi sistem peraturan negara yang dibuatnya membuatnya kecewa.
"Saya menggunakan kata terperangah. kita tidak bisa begitu saja mengubah peraturan agar sesuai dengan sesuatu. Ini semua karena kepentingan," tuturnya
"Kita tidak bisa melakukan hal itu berulang kali. Oke aku tahu aku akan mendapat banyak kebencian untuk video ini. Aku tidak peduli. Aku hanya perlu mengatakan ini dengan lantang," lanjutnya.
Andovi merasa heran dengan perkataan netizen yang meminta tidak perlu memilih Kaesang jika tidak suka. Tetapi menurut Andovi, itulah salah satu masalah negara Indonesia, yaitu tidak peduli dengan prosesnya tetapi dengan hasil akhirnya saja.
"Nggak usah pilih tinggal nggak usah pilih ini masalahnya sama negara ini. Kita nggak perduli dengan prosesnya yang penting hasil akhir. Kenapa nggak peduli sama proses hasil akhir?" imbuhnya.
"Prabowo is my presiden. Gibran is my wakil presiden. Gue mengikuti banget hasil pilpres kemarin. Tapi, apa yang terjadi dengan pilkada sekarang, omong kosong ini. Terima kasih." tambahnya.