ERA.id - Masalah sampah plastik menjadi perhatian masyarakat seluruh dunia, untuk berkontribusi dalam mengurangi limbah yang membahayakan lingkungan ini bisa dimulai dengan hal terkecil seperti memilih wadah makanan yang berkelanjutan.
Sekitar 60 persen dari semua plastik yang diproduksi di seluruh dunia digunakan untuk kemasan makanan. Itu berarti bahwa dari 380 juta metrik ton plastik yang diproduksi pada tahun 2015, 228 juta metrik ton adalah kemasan makanan saja.
Karena memiliki dampak pada lingkungan dan kesehatan manusia, banyak orang berjuang untuk drastis mengurangi produksi plastik dan meningkatkan daur ulang serta mempromosikan kemasan makanan yang lebih berkelanjutan.
Mengapa kemasan makanan berkelanjutan itu penting?
Kekhawatiran khusus seputar plastik termasuk akumulasi mereka di lautan dan tempat pembuangan sampah, generasi mikro dan nanoplastik serta paparan manusia terhadap racun ketika bahan kimia dalam kemasan makanan ditransfer ke makanan, menjadi hal yang mengkhawatirkan.
Selain bahan kimia yang sengaja digunakan untuk memproduksi plastik, banyak ditemukan juga non-intentionally added materials (NIAS) dalam kemasan makanan. Bahan kimia ini menimbulkan toksisitas dan risiko gangguan endokrin pada manusia.
Kabar baiknya, alternatif kemasan ramah lingkungan kini dapat dengan mudah ditemukan. Wadah makanan ramah lingkungan ini sering menggunakan bioplastik berkelanjutan dan ekstrak nabati, seperti gandum, kayu, dan bambu, yang dapat terurai secara hayati, dapat digunakan kembali, dan bebas dari bahan kimia berbahaya.
Meskipun terbukti mengandung bahan kimia dan NIAS, penelitian menunjukkan bahwa pergerakan bahan kimia ke dalam makanan dan tubuh jauh lebih rendah dibandingkan dengan yang berbahan plastik.
Paparan bahan kimia dalam kemasan makanan tidak dapat dihindari, tetapi upaya untuk mengurangi transfer bahan kimia tersebut ke dalam makanan sangat penting bagi kesehatan manusia.
Berikut ini adalah lima pilihan wadah makanan ramah lingkungan yang tak hanya baik untuk bumi tapi juga kesehatan, mengutip Healthline pada Sabtu.
1. Wadah kaca
Kaca memiliki banyak sekali kegunaan dan manfaat untuk kehidupan sehari-hari. Ini adalah bahan yang dapat digunakan kembali, dapat didaur ulang, dan tahan lama.
Bahan kaca juga mudah dibersihkan dan digunakan sebagai kemasan makanan yang dapat dibawa. Wadah makanan dan minuman kaca di antaranya botol air dan kotak bento.
Namun, tutup kaca tidaklah bebas bocor sehingga membuatnya kurang ideal untuk wadah portabel yang bisa dibawa ke kantor, sekolah atau jalan-jalan.
Oleh karena itu, sebagian besar wadah makanan kaca menggunakan tutup plastik snap-locking dengan segel silikon atau tutup bambu yang berfungsi ganda sebagai talenan portabel.
Pastikan untuk memilih tutup wadah yang bebas dari bisphenol-A (BPA), pengganggu endokrin yang diketahui berperan dalam infertilitas pria dan wanita dan pertumbuhan tumor.
Wadah berbahan kaca memiliki masa pakai 3,5 kali lipat lebih lama dari plastik dan dapat didaur ulang saat dibuang sehingga mengurangi dampak negatif lingkungan.
2. Stainless steel
Wadah stainless steel tahan lama, bebas karat dan tahan panas sehingga menjadikannya pilihan yang aman untuk penyimpanan makanan. Bahan ini juga dapat digunakan kembali dan didaur ulang.
Kotak makan siang bento stainless steel bisa didapatkan dengan mudah tetapi sebagian besar produk menggunakan silikon sebagai tutupnya untuk membuatnya bebas bocor, baik sebagai segel silikon dengan klip baja yang dapat dikunci atau tutup silikon berwarna-warni, bebas BPA, dan aman untuk makanan.
Stoples kaca dengan stainless steel, bertutup kedap udara untuk menyimpan makanan seperti tepung, biji-bijian, dan rempah-rempah adalah pilihan terbaik kedua di dunia sebagai tempat penyimpanan.
3. Bambu
Bambu dapat terurai secara hayati dan memiliki banyak sifat yang diinginkan untuk kemasan makanan, karena tahan lama dan tahan panas.
Kemasan makanan yang mengandung bambu termasuk toples kaca dengan tutup bambu, kotak makan siang portabel bebas plastik dengan tutup bambu, kotak roti bambu, dan mangkuk saji bambu.
Perlu diingat bahwa wadah makanan yang terbuat dari bambu atau serat tumbuhan lainnya kurang tahan lama dibandingkan kaca atau stainless steel dan lebih mudah aus.
4. Sekam padi
Sekam padi merupakan produk sampingan dari pertanian padi yang berbiaya rendah, terbarukan, dan biodegradable.
Dalam sebuah penelitian, sekam padi terbukti memiliki sifat bio-adsorben, yang berarti dapat menyerap polutan dari lingkungan sekitarnya. Produk yang dibuat dari senyawa ini termasuk kotak makan siang yang dapat ditutup rapat dan mangkuk saji anti pecah.
5. Film gelatin
Film gelatin menjadi lebih populer untuk kemasan makanan karena sifatnya yang tidak beracun, murah, dan kapasitas pembentukan film yang andal.
Menurut Food and Drug Administration (FDA), gelatin umumnya diakui sebagai bahan yang aman (GRAS) untuk makanan. Film gelatin diisi dengan selulosa antimikroba, yang menghambat pertumbuhan patogen umum yang menyebabkan penyakit bawaan makanan, termasuk Staphylococcus aureus dan E. coli.
Pengisi aktif ini membuat film gelatin menjadi alternatif yang lebih aman daripada plastik konvensional. Selulosa mikrokristalin (MCC) dan nanokristal selulosa yang dicangkok rosin (r-CNCs) adalah dua pengisi utama untuk kemasan makanan gelatin.
Sementara itu, jenis plastik yang harus dihindari adalah yang mengandung plastik konvensional seperti zat adiktif, stabilizer, filler, plasticizer dan flame retardants.
Produk plastik berbasis minyak bumi ini tidak dapat terurai secara hayati, artinya tidak terurai menjadi zat alami. Sebaliknya, mereka terurai menjadi fragmen yang dikenal sebagai mikro dan nanoplastik yang mencemari lingkungan dan mengancam ekosistem alam dan kesehatan manusia.
Bahan kimia yang terkandung dalam plastik dapat menyebabkan polusi, meningkatkan risiko gangguan endokrin dan kanker pada manusia.
Berikut ini adalah plastik berbahan dasar minyak bumi yang harus Anda hindari.
1. Plastik sekali pakai
Sedotan, botol minuman, tutup botol, gelas styrofoam, dan kantong plastik adalah plastik sekali pakai yang paling umum, tidak lestari, dan dibuang sembarangan.
Lautan dan daerah pesisir sangat rentan terhadap kerusakan yang disebabkan oleh plastik sekali pakai, seperti yang dicontohkan oleh Great Pacific Garbage Patch, akumulasi sampah plastik di Samudra Pasifik antara Jepang dan Hawaii.
2. Plastik dengan BPA
Bisphenol-A (BPA) adalah aditif plasticizer yang digunakan untuk membuat polivinil klorida (PVC), bahan yang digunakan dalam banyak produk plastik.
BPA tidak hanya terakumulasi di lingkungan tetapi juga bermigrasi dari kemasan makanan ke makanan itu sendiri. Ketika tertelan, itu dapat meningkatkan risiko infertilitas, sindrom ovarium polikistik (PCOS), dan gangguan metabolisme lainnya.
3. Wadah bungkus plastik
Meluasnya penggunaan wadah sekali pakai yang dapat dibawa pulang berkontribusi terhadap sejumlah besar limbah yang mengarah pada polusi dan racun lingkungan.