Melihat Momo Challenge Lewat Kaca Buram "Black Mirror"

| 06 Aug 2018 19:40
Melihat <i>Momo Challenge</i> Lewat Kaca Buram
Ilustrasi Momo Challenge (Mahesa/era.id)
Jakarta, era.id - Kepolisian Argentina tengah menginvestigasi kematian seorang remaja 12 tahun yang diduga sebagai korban Momo Challenge, sebuah tren tantangan terbaru yang mengharuskan seseorang melakoni sederet tantangan yang bahkan dapat mengancam keselamatannya.

Momo Challenge bermula dari sebuah grup Facebook. Dilansir dari The Sun, dalam grup tersebut, setiap anggota wajib menjalin komunikasi dengan sebuah nomor enggak dikenal. Nantinya, nomor tersebut akan memberikan sejumlah tantangan kepada anggota yang menghubunginya.

Seiring waktu, Momo Challenge menyasar sejumlah platform lain, dari WhatsApp hingga YouTube. Sama seperti tantangan di Facebook, lewat WhatsApp dan YouTube, korban Momo Challenge diminta untuk menghubungi sebuah nomor dan menerima sejumlah perintah untuk melakukan tantangan-tantangan berbahaya dari nomor tersebut.

Tantangan-tantangan itu biasanya dikirim dalam bentuk gambar, termasuk beberapa gambar kekerasan yang harus diikuti para korban, termasuk perintah untuk mengikatkan kain ke leher sendiri. Konon, orang-orang di balik Momo Challenge menyiapkan sejumlah 'alasan' yang enggak bakal bisa ditolak para korbannya.

Enggak jelas alasan --yang pasti bentuknya ancaman-- apa yang disiapkan orang-orang di balik Momo Challenge. Yang jelas, tantangan ini mengingatkan saya pada Blue Whale Challenge, sebuah tren tantangan berbentuk rangkaian permainan yang menyebar di tahun 2017.

Dalam Blue Whale Challenge, setiap korbannya akan diminta melakukan percobaan bunuh diri di akhir permainan. Belum ada data terkait total korban tewas dari Momo Challenge. Kalau Blue Whale Challenge sih, kabarnya sudah menewaskan lebih dari 130 orang di Rusia.

Siapa orang di balik Momo?

Segala hal soal siapa orang di balik Momo masih gelap. Satu-satunya petunjuk adalah gambar perempuan bermata besar dengan wajah mengerikan yang menjadi gambar profil dari akun WhatsApp nomor Momo.

Namun, satu-satunya petunjuk itu pun mentah. Sebab, berdasar penelusuran otoritas hukum Argentina, sosok perempuan yang terpampang dalam profil Momo adalah karya dari Midori Hayashi, seorang seniman Jepang.

Otoritas pun sudah memastikan enggak ada hubungan antara Hayashi, karyanya, dan orang-orang di balik Momo Challenge. Terkait nomor Momo pun masih berkabut. Menurut otoritas, nomor Momo berasal dari tiga negara: Jepang, Kolombia, dan Meksiko.

Dugaan terkuat sih, Momo Challenge dioperasikan dari Jepang. Itu pun hanya berdasar asumsi cetek soal karya Hayashi dan dugaan nomor Momo berasal --yang padahal juga melibatkan nomor dari dua negara lain.

Namun, sumber lain menunjukkan bahwa Momo Challenge cenderung disebar di negara-negara yang masyarakatnya banyak menggunakan bahasa Spanyol, seperti Meksiko, Argentina, Amerika Serikat, Prancis, hingga Jerman.

Laporan lain menyebut Momo Challenge dilakukan oleh kelompok hacker yang bertujuan untuk mencuri data dan melakukan perampokan siber --yang rinciannya enggak terjelaskan-- terhadap para pengguna internet.

Berkaca pada Black Mirror

Momo Challenge nampaknya bakal jadi misteri panjang. Hingga kini, belum ada satu pun otoritas dari negara mana pun yang bisa membuka berbagai misteri yang meliputi fenomena mengerikan ini.

Tapi, sejatinya gambaran dari fenomena Momo Challenge ini pernah saya dapati di dalam satu episode dari web series Netflix, Black Mirror. Di sebuah episode yang berjudul "Shut Up and Dance".

Episode ini menceritakan kisah tentang Kenny (Alex Lawther) yang diteror oleh kelompok hacker yang merekam aktivitas masturbasinya setelah berhasil meretas webcam laptopnya. Bermodal video itu, kelompok hacker memaksa Kenny melakukan sejumlah hal.

Di tengah rangkaian misi yang dijalaninya, Kenny bertemu dengan orang-orang lain yang juga dipaksa menjalani rangkaian misi akibat 'tersandera aib sendiri. Misi-misi yang harus dijalani Kenny lumayan gila, mulai dari mengantar paket misterius hingga merampok bank.

Di akhir misi, kelompok hacker misterius memerintahkan Kenny dan seorang korban lain untuk berkelahi hingga salah satu dari mereka mati. Kenny pun berhasil menjalani seluruh misi. Namun, tentu saja, kelompok hacker misterius tetap menyebar video Kenny ke seluruh kontak di telepon genggamnya.

Memang, kisah Momo Challenge belum tentu sama persis dengan plot yang diceritakan "Shut Up and Dance". Tapi, barangkali karya sutradara James Watkins itu bisa jadi gambaran paling dekat dari fenomena yang tengah terjadi: when technology goes wrong.

Buat saya sih, episode Kenny dan kesialannya ini sangat berbekas. Bahkan, jadi pengingat yang membuat saya menutup webcam laptop, jauh sebelum Mark Zuckerberg menyerukan peringatan terkait kemungkinan mengerikan yang bisa dilakukan seorang hacker lewat webcam laptop kita.

Dan memang, Black Mirror adalah karya audio visual paling relevan untuk menggambarkan interaksi manusia dan teknologi yang kebablasan. Dengan berbagai perspektif yang ditawarkan, Black Mirror berhasil jadi kaca buram sekaligus yang paling jernih untuk melihat perilaku kita dalam dimensi kehidupan masyarakat modern.

Kedekatan cerita-cerita yang diangkat dalam Black Mirror berhasil menimbulkan efek mengerikan yang terasa amat nyata. Hal lain yang membuat Black Mirror istimewa adalah benang merah yang terasa berkesinambungan antara episode satu dan lainnya.

Sejak pertama kali tayang pada 2011, antologi Black Mirror berhasil menjadi salah satu tayangan paling populer di Netflix. Menurut laporan The Guardian, musim perdana Black Mirror berhasil menyedot penonton hingga angka 1,6 juta. Saat ini, Netflix tengah memproduksi musim ke-empat yang menurut kabar akan dirilis pada akhir 2018 ini.

Jadi, mari berkaca, tengok kembali berbagai interaksi kita dengan teknologi, tetap hati-hati dan ingat, kita lah yang harus memegang kendali atas teknologi, bukan sebaliknya!

Rekomendasi