Lihat saja hasil pertandingan antara Komang dengan atlet silat Malaysia, Mohd Al Jufferi Jamari dalam babak final kelas E putra (65-70 kilogram). Dalam pertandingan ini, pendekar kita itu melumat dengan skor telak 4-1. Kemenangan Komang ini bahkan membuat Jufferi Jamar mencak-mencak. Menurut laporan Antara, di luar arena, tepatnya di ruang pemanasan, Jufferi Jamar terlihat meluapkan emosi dengan memukul bangunan triplek hingga jebol. Salah apa pula itu triplek sampai dipukul.
A post shared by Pencak Silat - Indosilat (@indo.silat) on
Dalam wawancaranya dengan Antara, Jufferi Jamar meluruskan situasi tersebut. Menurut Jufferi Jamar, betul ia terbawa emosi. Menurutnya, juri enggak memberi nilai secara adil. "Saya tidak marah dengan pesilatnya atau pendukungnya, tapi saya marah dengan wasit karena tidak memberikan nilai dengan adil," kata Jufferi Jamar usai pertandingan yang dihelat di Padepokan Pencak Silat Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, Senin (27/8/2018).
Eh, tapi tunggu. Kamu ingat kan Malaysia sempat mengklaim pencak silat itu warisan budaya negara mereka? Iya, seperti klaim mereka soal kuda lumping, tari piring, reog ponorogo, angklung, bahkan menu restoran padang favorit kita bersama: rendang. Klaim Malaysia terhadap silat sendiri dilakukan beberapa kali lewat sejumlah cara. Pada 2008 lalu, Malaysia mengklaim olah raga pencak silat melalui situs history.com. Cek saja bagian video situs tersebut, kemudian cari topik Human Weapon. Nah, di sana nanti kamu akan menemukan kata "Silat, martial art of Malaysia."
Agak celaka memang. Sebab, masyarakat dunia banyak betul yang salah paham, menganggap pencak silat sebagai seni bela diri atau pun olahraga asal Malaysia. Tulisan Kompas pada 11 Juni 2010 misalnya, yang menceritakan pengalaman wartawan Tribunnews.com, Mohamad Nurfahmi Budi ketika ikut dalam rombongan tim pencak silat Indonesia berlaga di Festival Musanda di Pretoria, Afrika Selatan. Dalam karvanal itu, tim pencak silat Indonesia berhasil menarik perhatian besar dengan tampilan yang sangat khas dengan celana putih dan baju merah. Beberapa lagi mengenakan penutup kepala khas Minangkabau.
Digambarkan dalam tulisan tersebut, semua asyik-asyik saja hingga seorang masyarakat Afrika Selatan bertanya pada rombongan dan menyebut silat sebagai kung fu dari Malaysia. Saat itu, rombongan pun tersadar bahwa silat betul-betul belum dikenal luas di Afrika Selatan. Bayangkan, sudah disebut kung fu, dibilang dari Malaysia pula. "Anda dari China, bukan? Dan itu yang namanya kung fu ya? Atau itu dari Malaysia?" tutur seorang warga Afrika Selatan dalam tulisan itu.
Bahaya betul kan? Rasanya pemerintah harus segera menahbiskan silat sebagai warisan budaya Indonesia ke Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan (UNESCO) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Langkah ke UNESCO
Soal pencak silat ini, singgungan kita dengan Malaysia memang sangat keras. Bayangkan, Indonesia dan Malaysia lagi bersaing di UNESCO untuk mendapat pengakuan soal pencak silat dan warisan kebudayaan bangsa ini. Hal itu diungkap Pengasuh Organisasi Pencak Silat, Alit Didin Suhana ketika bertemu dengan Sekretaris Menteri Pemuda dan Olah Raga (Sesmenpora), Gatot S Dewa Broto dan rombongan staf dari Kantor Delegasi Tetap Indonesia di UNESCO Januari 2018 lalu.
Dilansir dari situs kemdikbud.go.id yang mengutip pemberitaan SuaraNusantara, Indonesia sendiri kabarnya telah sejak Maret 2017 mendaftarkan pencak silat sebagai Warisan Budaya Dunia Tak Benda (Intangible Cultural World Heritage) dari Indonesia ke UNESCO. Menurut Gatot, jika diterima, penetapan pencak silat sebagai Warisan Budaya Dunia Tak Benda milik Indonesia akan dilakukan pada tahun 2019 mendatang. Katanya, saat ini UNESCO masih mengkaji pengajuan ini. Gatot sih yakin pengajuan ini bakal diamini oleh UNESCO.
Bukan tanpa alasan. Gatot bilang, pencak silat sangat memenuhi syarat sebagai Warisan Budaya Dunia Tak Benda karena memiliki keunikan yang enggak dimiliki bela diri jenis lain. “Diperkirakan awal 2019 hasil evaluasi UNESCO terhadap pencak silat sudah selesai, sehingga tahun 2019 mendatang pencak silat sudah ditetapkan UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia Tak Benda atau Intangible Cultural World Heritage,” ucap Gatot.
Gatot menjelaskan, pengakuan UNESCO adalah hal yang bakal memberi banyak dampak. “Dunia akan mengakui bahwa, satu-satunya negara yang menjadi kelahiran dan pencetus pencak silat adalah Indonesia. Dengan pengakuan ini maka peluang untuk memasuki cabang olahraga pencaksilat sebagai cabang olahraga yang dipertandingkan di Olimpiade akan lebih mudah. Dan yang terakhir, bahwa pencak silat jangan dilihat sebagai olahraganya saja tapi juga harus dilihat seninya. Karena di pencak silat tersimpan tingginya budaya Indonesia dari mulai budi pekerti, kesabaran dan sebagainya."
A post shared by era.id (@eradotid) on
Capaian luar biasa
Perkembangan pencak silat di dunia saat ini sejatinya sangat luar biasa. Coba lihat Iko Uwais. Lewat Iko, pencak silat kini sejajar dengan kung fu yang dipopulerkan oleh Bruce Lee, Jackie Chan, Jet Li, atau Stephen Chow. Sejumlah film taraf internasional telah mengangkat silat ke dalam layar. Sebut saja The Raid, Merantau, hingga film terbaru Iko, Miles 22, di mana dirinya bermain bersama Mark Wahlberg.
Di arena olahraga, berbagai kegiatan dan kejuaraan terkait pencak silat dihelat di dalam dan di luar negeri. Bahkan, pencak silat kini sedang dipertimbangkan menjadi salah satu cabang olahraga olimpiade. Di Asian Games 2018 ini, silat jadi salah satu cabang olahraga yang menjalani debut internasional. Iya, ini adalah kali pertama pencak silat dipertandingkan dalam Asian Games.
Dan capaian kontingen pencak silat di Asian Games 2018, sekali lagi jadi capaian yang sangat penting. Bukan cuma sebagai prestasi, tapi juga sebagai penegas bahwa pencak silat memang milik Indonesia. Selain emas kelima yang diberikan Komang, kontingen pencak silat total mengumpulkan delapan emas dan satu perunggu.
Berikut daftar penyumbang medali emas dari pencak silat
1. Jampil Yola Primadona dan Hendy Hendy (Men's Double)
2. Nugraha Nunu, Sani Asep Yuldan, dan Mubarok Anggi Faisal (Men's Team)
3. Malik Abdul (Men's Class B: 50-55 kg)
4. Pratama Iqbal Candra (Men's Class D: 60-65 kg)
5. Adi Putra Komang Harik (Men's Class E: 65-70 kg)
6. Pamungkas Aji Bangkit (Men's Class I: 85-90 kg)
7. Arumsari Puspa (Women's Single)
8. Monita Sarah Tria (Women's Class C: 55-60 kg)
Superior betul pencak silat kita. Eh, tapi mudah-mudahan dominasi kita di cabang olah raga pencak silat ini enggak bikin silat malah ditiadakan di Asian Games mendatang, ya!
Cabor baru Asian Games (Infografis/era.id)
Rekomendasi
Nasional13 Dec 2024 17:30Fadli Zon Upayakan Pencak Silat Masuk Kurikulum Sekolah
Afair30 Sep 2018 20:13MPR Turun Tangan Perjuangkan Silat ke UNESCO
Afair30 Aug 2018 09:02Pelukan Jokowi-Prabowo dan Bau Kemenangan Hanifan
Afair29 Aug 2018 15:47Megawati dan Jusuf Kalla Temani Prabowo Tonton Silat Asian Games
Popular
Demi Dalami Peran, Stefan William Dialog Pakai Bahasa Inggris hingga Nyaris Cat Rambut Jadi Ungu
05 Dec 2025 08:351Digugat soal Kasus Tanah Sengketa, Kalla Singgung Lippo: GMTD Menawar, Kami Membeli
05 Dec 2025 05:052Cerita Jimmy Kobogau Masuk Camp Militer Demi Film Timur, Diajari Teknik Penyergapan
05 Dec 2025 09:053Sebagian Kayu Hanyut di Banjir Longsor Sumatra Ternyata Hasil Tebangan Gergaji Mesin
05 Dec 2025 06:064 5