Begini Upaya Liga Eropa Cegah Kekerasan Suporter

| 26 Sep 2018 18:17
Begini Upaya Liga Eropa Cegah Kekerasan Suporter
Ilustrasi (Pixabay)
Jakarta, era.id - Kematian Haringga Sirla (23), suporter Persija yang dikeroyok oknum suporter Persib Bandung menjelang laga Liga 1 antara Persib kontra Persija di Stadion Gelora Bandung lautan Api, Minggu (23/9/2018) menyisakan luka bagi sepak bola Indonesia. Semua pihak harus bekerja sama agar kejadian memilukan ini tidak terulang.

Kekerasan dalam sepak bola bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di mancanegara. Korban suporter berjatuhan hampir setiap kali dua tim rival bertanding. Bukan cuma cedera tetapi juga  nyawa melayang.

Negara-negara Eropa memahami benar masalah yang mereka dihadapi, untuk itu mereka melakukan segala upaya untuk mencegah kekerasan dalam sepak bola dan menindak tegas para pelakunya. Dilansir dari berbagai sumber; BBC, The Sun, dan Telegraph, berikut cara yang dilakukan sejumlah Liga Eropa untuk mencegah kekerasan sepak bola.

Pelatihan suporter

Mencegah terjadinya kekerasan oleh suporter adalah dengan cara menanamkan nilai-nilai toleransi sejak dini. Untuk itu, program pelatihan suporter sangat penting seperti yang dilakukan klub Belgia, Standard Liege dan sejumlah klub Eropa lainnya. Dalam program ini, anak-anak dibekali pemahaman seputar fatalnya melakukan kekerasan baik untuk orang lain maupun diri sendiri.

Alur jalan masuk dan keluar stadion dipisahkan

Cara ini sudah dilakukan di Inggris sejak tahun 1970-an. Selain memisahkan tempat duduk penonton kedua kubu, Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) juga melarang pendukung bertemu di luar stadion dengan cara memisahkan alur jalan masuk dan keluar penonton kedua kubu.

Polisi anti-huru hara

Di Rusia, polisi anti-huru hara memiliki perlengkapan komplit dengan pakaian pelindung lengkap dan helm. Mereka juga dilengkapi tameng, pentungan dan gas air mata untuk menindak para pelaku kerusuhan atau kekerasan. Jadi, setiap kali ada suporter yang terlihat beringas akan ditindak lebih beringas oleh polisi anti-huru hara ini. 

Suporter dilarang nonton

Jika masih ada suporter yang melakukan kekerasan, memberikan sanksi dengan cara melarang suporter menonton langsung ke stadion bisa dilakukan. Tapi sayangnya, upaya ini hanya untuk mencegah kekerasan di dalam stadion. Ketika suporter kedua kubu yang ingin tetap mendukung tim favoritnya bertemu secara tak sengaja di jalanan atau saat nonton bareng di kafe seperti yang pernah terjadi di Turki, maka kekerasan tetap terjadi. 

Batalkan seluruh liga

Ini sudah dilakukan PSSI. Untuk memperbaiki citra sepak bola Indonesia, menghentikan seluruh kompetisi merupakan pilihan tepat. Pasalnya, sepak bola Indonesia dalam keadaan genting. Jika belum melakukan pembenahan di segala aspek--termasuk menghukum para pelaku kekerasan dan menemukan upaya damai antar-suporter serta berupaya keras agar kejadian tidak berulang--untuk apa kompetisi dilanjutkan. Lebih baik tidak ada sepak bola, jika harus mengorbankan lebih banyak nyawa lagi. Liga Italia juga pernah melakukan ini pada 2007.

Baca Juga :  Liga 1 Disetop, PSSI Tak Beri Kepastian

Rekomendasi