Berita ini amat menarik, karena bagaimana mungkin minuman bersertifikat Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengandung zat psikotropika dan menyebabkan orang berlaku agresif menyerempet edan macam itu. Dan berita ini jadi amat personal karena zaman kuliah dulu, saya cukup sering meminum minuman seribuan perak ini untuk menambah stamina menghadapi kejamnya revisian skripsi. Tapi, sampai sekarang kok saya baik-baik saja. Enggak ada tuh hasrat menyakiti diri sendiri!
Soal sertifikat BPOM, hal ini enggak ditampik sama sekali oleh BPOM. Bahkan, Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Kota Pekanbaru, Riau memastikan, minuman Torpedo sudah memiliki izin yang sah dari pihaknya. Artinya, Torpedo sudah melewati tahap evaluasi dan uji laboratorium sehingga dipastikan aman dikonsumsi.
"Produk tersebut (Torpedo) sudah terdaftar di BPOM, tentu sudah dievaluasi keamanannya," kata Kepala BBPOM Kota Pekanbaru, Muhammad Kashuri kepada Antara di Pekanbaru, Selasa (2/10/2018).
Selain memastikan sertifikasi Torpedo, Kashuri juga mengonfirmasi bahwa pihaknya telah diminta oleh Badan Narkotika Nasional Kota Pekanbaru (BNNK) untuk melakukan uji laboratorium terhadap minuman Torpedo. "Kami diminta uji produk dan hasilnya sudah kami sampaikan ke BNNK," terang Kashuri.
Pernyataan Kashuri pun dilegitimasi lewat surat edaran BBPOM Pekanbaru yang diterbitkan tanggal 28 September 2018. Surat edaran yang ditujukan untuk BNNK Pekanbaru itu menjelaskan bahwa produk minuman berenergi merek Torpedo aneka rasa buah masih terdaftar di BPOM dengan nomor izin edar 50432644341 dan masih berlaku hingga sekarang.
Lalu, bagaimana hasil uji kandungan Torpedo? Sesuai rilisan hasil laboratorium dengan nomor sampel batch 43001201709 dan 14901320H12 yang merujuk pada sampel minuman Torpedo, didapatkan hasil bahwa Torpedo bebas dari kandungan golongan Benzodiazepin (Alpnzolam, Bramozepam, Chloddazepoxide, Clobazam, Clonazepam, Diazepam, Estuahm, Lorazepam dan Numepam).
Benzodiazepin adalah golongan psikotropika yang biasa terkandung dalam obat-obat penenang yang biasa diberikan psikiater kepada penderita masalah kejiwaan ringan seperti insomnia, gangguan kecemasan, hingga depresi akut. Nah, masalahnya, ketika zat ini disalahgunakan, efek adiktif jadi salah satu risikonya.
Seperti dugaan BNNK Pekanbaru sebelumnya, bahwa perilaku agresif anak-anak tersebut merupakan efek ketagihan dari konsumsi Benzodiazepin yang terkandung di dalam minuman Torpedo. Seperti dijelaskan Haldun, efek ketagihan dari konsumsi Benzodiazepin dapat terjadi dalam berbagai reaksi, salah satunya menyakiti diri sendiri.
Tapi, hasil laboratorium BBPOM Pekanbaru jadi pencerahan bahwa 56 anak penerus bangsa itu enggak terpapar benzodiazepin. Dan artinya, enggak ada kandungan psikotropika di dalam minuman Torpedo, sebagaimana dikhawatirkan banyak pihak sebelumnya. Meski dinyatakan negatif dari kandungan golongan Benzodiazepin, Kashuri mengimbau konsumen untuk tetap cerdas memilih dan mengonsumsi produk makanan ataupun minuman tertentu yang memiliki anjuran usia konsumsi.
Nah, imbauan Kashuri ini membuat pengalamanku yang cukup sering mengonsumsi Torpedo dan tetap waras jadi masuk akal. Sebab, Kepala Bidang Pemberantasan dan Penindakan BNN Riau, AKBP Haldun turut mengonfirmasi bahwa kandungan yang ada di minuman Torpedo memang enggak diperuntukkan bagi anak-anak dan ibu hamil.
Yang sebenarnya terjadi
Jika pengalaman saya meminum Torpedo semasa kuliah dan hasil uji laboratorium BBPOM plus pernyataan Haldun enggak cukup menjawab apa yang terjadi pada 56 anak itu, barangkali klarifikasi pihak sekolah ini bisa jadi jawaban. Menurut Kepala SMPN 18 Pekanbaru, Lily Deswita, peristiwa ini bermula dari razia rutin yang digelar sekolah sekitar dua pekan lalu.
Saat itu, sekolah melakukan razia dengan sasaran handphone para murid. Namun, bukan file-file terlarang yang ditemukan, pihak sekolah malah mendapati luka sayatan di bagian tangan sejumlah anak muridnya. "Awalnya sasaran kita HP, tapi pas razia ada guru mendapati bagian tangan anak, ada bergaris-garis. Semuanya perempuan, cuma ada satu laki-laki," kata Lily.
Ketika ditanya, semua anak mengaku sengaja melukai tangan mereka untuk mengikuti tren challenge yang mereka lihat di YouTube. Enggak dijelaskan memang tren challenge yang dimaksud anak-anak tersebut, yang jelas pihak sekolah mengatakan akan mengusut peristiwa ini dan berkoordinasi dengan sejumlah pihak terkait untuk menindaklanjuti temuan mereka.
"Tapi memang anak-anak bilang cuma mau ikut challenge saja. Mau coba sakit apa nggak, ternyata mereka ngakunya sakit ... Langsung saya kontak BNNK Pekanbaru. Karena kita takut ada apa-apa," tutur Lily.
Lalu, Torpedo jadi kambing hitam?
Ini sejatinya adalah pertanyaan yang paling mengganjal. Jika akar masalah ini adalah challenge-challenge enggak jelas di media sosial, kenapa justru minuman Torpedo yang dijadikan kambing hitam permasalahan, sampai merek minuman yang enggak begitu mahal ini jadi trending di pencarian Google karena disebut sebagai minuman yang mengandung Benzodiazepin. Bukankah itu merugikan Torpedo sebagai produk minuman?!
Jawabannya, semua adalah kesalahpahaman. Lily sudah mengklarifikasi. Kata Lily, ribut-ribut soal minuman Torpedo ini bermula ketika pihak sekolah mengorek keterangan dari para murid. Kepada pihak sekolah, para murid mengaku sering mengonsumsi minuman merek Torpedo dalam beberapa waktu belakangan. Nah, entah bagaimana, akhirnya minuman Torpedo lah yang seakan-akan jadi biang kerok permasalahan ini.
Keyakinan bahwa minuman Torpedo adalah sumber dari peristiwa ini sejatinya juga didasari oleh keterangan BNNK Pekanbaru yang sempat menyatakan bahwa hasil tes urine sejumlah anak menunjukkan hasil positif kandungan Benzodiazepin. Ya, meski belakangan keterangan ini diralat, tetap saja kepanikan sudah terlanjur terbentuk.
Soal kesalahpahaman ini, BNNK Pekanbaru enggak mau ambil pusing. Yang jelas, mereka mengonfirmasi hasil uji laboratorium BBPOM Pekanbaru yang menyebut minuman Torpedo bebas kandungan Benzodiazepin. Lalu, bagaimana mungkin hasil tes urine murid-murid SMPN 18 Pekanbaru menunjukkan hasil positif Benzodiazepin?
Haldun bilang, jika dikonsumsi dalam jumlah banyak, minuman Torpedo memang bisa membuat peminumnya positif Benzodiazepin. Alasannya, kandungan dalam minuman berenergi semacam Torpedo mampu memancing reaksi kimiawi dalam tubuh untuk menciptakan unsur-unsur Benzodiazepin.
Jadi, seluruh otoritas berharap peristiwa ini dapat terjelaskan sekarang. Pertama, bahwa Torpedo enggak mengandung senyawa psikotropika sebagaimana dikhawatirkan banyak pihak sebelumnya. Dan kandungan positif Benzodiazepin dalam urine enam orang murid SMPN 18 Pekanbaru terjadi secara enggak langsung akibat terlalu banyak mengonsumsi minuman Torpedo.
Dan yang paling penting dari semuanya adalah tetap berpegang pada anjuran konsumsi dalam setiap produk makanan ataupun minuman, apalagi minuman berenergi macam Torpedo. Sebab, meski enggak menimbulkan efek psikis, terlalu banyak mengonsumsi minuman berenergi bisa memicu penyakit lain seperti dehidrasi hingga gagal ginjal.