Tengok saja ke Gigs Stage. Sudut kecil di sebelah kiri area masuk festival itu memang tampak menggiurkan sejak awal. Studiorama, kolektif seni yang telah terlibat dalam banyak proyek ambisius musisi Tanah Air telah jauh-jauh hari berkoar mempromosikan Gigs Stage sebelum Synchronize Fest betul-betul dimulai pada Jumat (5/10).
Dan betul saja, hasilnya sinting. Gigs Stage berhasil menghadirkan atmosfer paling beda di antara lima panggung lain yang ditancap di area Gambir Expo, Kemayoran, Jakarta Pusat. Efek visual yang disebar di sekeliling ruangan, lampu berwarna yang dimainkan dengan apik berhasil membuat mata dan kuping jelalatan dalam waktu berbarengan.
Memang, soal ini Studiorama adalah ahlinya. Sejak awal bergerak, garapan instalasi seni estetis telah jadi makanan Studiorama. Selain kerap memadukan instalasi seni estetis dan musik dalam konsep live, Studiorama juga handal dalam garapan konsep sessions. Selain Gigs Stage yang apik, sejumlah proyek gila tercatat pernah digarap oleh Studiorama.
Memang, dalam beberapa tahun belakangan, kiprah Studiorama dalam meramu seni kolaborasi musik dan instalasi visual amat melesat. Studiorama bahkan rasanya berhasil menjadi jembatan bagi estetika seni dan kehidupan budaya pop (pop culture) masyarakat Ibu Kota. Nama-nama musisi seperti Ramayana Soul, Voyagers of Icarie, sampai Mac Demarco pernah digandeng Studiorama dalam garapan sessions dan live.
Lepas kerinduan
Menghabiskan dua per tiga Synchronize Fest 2018 hari ketiga di Gigs Stage akan membuat kita sadar, Gigs Stage adalah tempat untuk bernostalgia, memanggil segala memori soal liarnya menonton gigs. Di hari ketiga, misalnya. It's Different Class, berhasil membangkitkan memori para pecandu high substance music yang untuk sesaat terasa kembali ke Cikini kala 2000-an.
Sejumlah nomor andalan dibawakan oleh unit psychedelic rock yang paling dirindukan ini, mulai dari Hey Bin, Terbang di Udara, hingga nomor paling syahdu mereka, Matahari yang jadi penutup aksi penuh energi malam itu. Penonton pun ikut hanyut dalam nyanyian, hangat.
Enggak cuma It's Different Class. Seek Six Sick juga jadi penampil paling gila di Gigs Stage. Bising sungguh bising, tapi bassline dan ketukan drum yang begitu rapat dan mengentak membuat penonton enggak berhenti goyang. Dan karena biusan band asal Yogyakarta inilah kami jadi melewatkan penampilan Dub Youth yang sejatinya jadi salah satu sasaran.
Selain It's Different Class, nama-nama lain pembangkit memori juga diplot untuk menghajar para penonton di Gigs Stage. Southern Beach Terror, Anti Squad, Tarrkam, Manjakani, Grrrl Gang, Strange Fruit, hingga The Sastro turut memanaskan ruang lampu warna-warni yang terus berkeringat.
Memang, pihak Dyandra Promosindo sebagai pihak penyelenggara Synchronize Fest sendiri yang bilang bahwa Gigs Stage diperuntukkan bagi seluruh pengunjung yang haus dengan kerinduan menonton acara musik di medio 2000-an. Kiki Aulia (Ucup) sebagai Program Director Synchronize Fest 2018 bilang, memori ini sengaja dihadirkan enggak cuma buat penonton, tapi juga buat para penampil.
Buat Kiki dan timnya, jujur saja, semua band pasti pernah merasakan panggung kecil. “Semua band pasti pernah manggung di panggung kecil, ngerasain rasanya dempet-dempetan, keringetan bareng sama penonton. Kita pengen mereka nostalgia dengan hal tesebut.
"Kalau untuk penonton, kita pengen kasih experience ke orang kalo nonton festival itu enggak melulu panggung besar sih. Maksudnya, walaupun festival tapi tetep bisa ngerasain atmosfernya gigs,” kata Ucup saat Media Gathering Synchronize Fest 2018 di Jakarta beberapa waktu lalu.
Nah, peran Studiorama pun nyatanya sangat penting. Selain sebagai penggarap seni instalasi estetis, Studiorama juga turut mengurasi 22 nama penampil yang berhak bermain di panggung kecil penuh kehormatan itu. “Itu kerja sama antara Synchronize Fest dengan Studiorama. Kenapa Studiorama, karena gua melihat mereka yang paling aktif untuk bikin sesuatu yang berhubungan dengan pertunjukan musik,“ tambah Ucup.