Laki-laki Lebih Gandrung Internet daripada Perempuan

| 23 Oct 2018 06:52
Laki-laki Lebih Gandrung Internet daripada Perempuan
Ilustrasi (Pixabay)
Jakarta, era.id - Survei terbaru dari Inclusive Internet Index menunjukkan, laki-laki lebih menggandrungi internet ketimbang perempuan. Dengan rata-rata rasio sebesar 33,5 persen.

Menurut survei dari 86 negara yang merupakan tempat tinggal bagi 91 persen populasi dunia, di beberapa daerah perkotaan yang tingkat ekonominya rendah, perbandingan pengguna internet laki-laki dan perempuan sebanyak dua banding satu. 

Ada beberapa faktor yang mengakibatkan pria lebih banyak terpapar internet daripada perempuan. Salah satunya, ekonomi dan pendidikan.

Secara global, perempuan memiliki lebih sedikit akses ke pendidikan dan sedikit peluang untuk memasuki pasar dunia kerja. Hal tersebut membuat perempuan mendapatkan penghasilan lebih sedikit daripada pria. 

Tidak mengherankan ketika para responden perempuan ditanya tentang hambatan mereka untuk online, jawabnya; tidak mampu membeli ponsel.

Di Afrika, ponsel mendorong pertumbuhan dalam akses internet. Di sana, konsumsi data 1GB dari mobile data sebulan--hanya cukup untuk mengakses web selama 13 menit--mengalokasikan sekitar 10 persen pendapatan bulanan. 

Untuk menarik pelanggan, perusahaan telekomunikasi di Afrika lebih banyak menawarkan produknya lewat acara TV olahraga. Hal itu menjadi salah satu alasan mengapa laki-laki lebih banyak menggunakan internet daripada perempuan. Selain itu, dalam satu keluarga, hanya laki-laki yang memiliki satu-satunya ponsel di rumah.

Bukan hanya soal biaya dan pengetahuan yang mendorong kesenjangan gender pemakai internet. Lewat survei tersebut, perempuan lebih banyak melakukan pekerjaan soal rawat-merawat yang tidak berbayar dibanding laki-laki, yang secara otomatis membuat perempuan memiliki lebih sedikit waktu luang. 

Dalam satu survei yang dilakukan oleh Web Foundation, komentar umum dari perempuan di 10 negara berkembang menganggap bermain internet sama sekali tidak berharga. 

Sementara itu, faktor masyarakat partiarkal yang melihat bahwa teknologi dan dunia online yang lebih luas merupakan sebuah kehendak laki-laki menambah kontribusi mengapa laki-laki lebih banyak mengakses internet daripada perempuan. 

Seperti dalam sebuah survei terhadap laki-laki di New Delhi India dan Manila Filipina menemukan, sebagian percaya laki-laki harus dapat membatasi apa yang dilakukan perempuan pada internet. Sementara dua pertiga setuju, perempuan  tidak boleh menggunakan internet di ruang publik seperti cybercafe atau warung internet (warnet).

Hal tersebut juga terjadi di masyarakat Indonesia. Tengok saja, di beberapa warnet yang ada, pengunjung perempuan cenderung lebih sedikit dibanding laki-laki. Selain itu stigma 'cewek tomboy' langsung tersemat apabila ada seorang perempuan yang sering mengunjungi warnet.

Baca Juga :  Ponsel Kyocera Setipis Kartu ATM

Tags : internet
Rekomendasi