"Misalnya saja, sejak muda, dia gemuk. Sebenarnya, kemungkinan dia sudah ada resistensi insulin. Tapi, hal tersebut belum terlihat karena jarang orang usia 20 tahun memeriksa insulin mereka," imbuh dr. Wisma di Jakarta, seperti dikutip Antara, Kamis (25/10).
Resistensi insulin, sambungnya, keadaan sel tubuh yang tidak dapat merespon hormon insulin dengan baik. "Resistensi insulin ini diibaratkan jika normalnya satu gula memerlukan satu insulin, tapi satu gula kini memerlukan dua insulin. Artinya, kadar gula darah semakin meningkat dan hal itu menyebabkan diabetes," ungkap dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta.
Diabetes dalam kehamilan, sambung dr. Wisma, dapat berisiko terhadap Ibu dan anak, seperti cacat kongenital (cacat bawaan lahir) pada bayi, bayi terlahir besar, ibu mengalami perdarahan saat melahirkan hingga keguguran.
Kendati begitu, perempuan dengan diabetes tipe 1 dan tipe 2 dapat hamil sehat. Ia pun memberikan saran mengenai antisipasi terhadap risiko-risiko merugikan tersebut.
"Pengendalian gula darah saat hamil itu sangatlah penting. Oleh karena itu, penting untuk memeriksa glukosa diabetes saat kehamilan 24-28 minggu," sebut dr. Wisma.
Alumnus kedokteran Universitas Indonesia ini juga memaparkan bahwa sebaiknya perempuan yang memiliki diabetes sebelum hamil melakukan skrining, seperti mata, ginjal, jantung, dan sebagainya. "Penting pula untuk menjaga diet. Terapkan gizi seimbang, ada karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral," pungkas dr. Wisma.