Tim Editor
Mengutip dari Daily Mirror, Sabtu (3/11/2018) kabar peretasan itu disampaikan langsung oleh Presiden FIFA, Gianni Infantino pada pertemuan dewan FIFA di Kigali, Rwanda. Dirinya menyakini bahwa salah seorang staff FIFA menjadi korban phishing pada Maret 2018 dan hal itulah yang menjadi celah hacker untuk meretas situs FIFA.
"Prihatin dengan fakta bahwa beberapa informasi telah diperoleh secara ilegal." Mereka mengutuk "setiap upaya untuk mengkompromikan kerahasiaan, integritas, dan ketersediaan data dalam organisasi menggunakan praktik yang melanggar hukum," tulis FIFA dalam pernyataan resminya.
Berdasarkan laporan dari New York Times, sejumlah arsip data FIFA telah bocor dan diyakini pelaku peretasan itu telah mengeksploitasi celah masuk untuk mendapatkan akses data rahasia milik FIFA itu. Belum diketahui pelaku di balik peretasan data FIFA ini. Namun, sejumlah data kemudian sudah bocor ke situs web Football Leaks.
Melalui situs itu, Football Leaks membagikan data tersebut kepada sejumlah kantor berita di Eropa yang tergabung dalam European Investigative Collaborations (EIC). Sejak, 2015 Football Leaks rutin menerbitkan laporan serta dokumen terkait FIFA yang mengungkapkan transaksi kotor saat transfer pemain sepak bola.
Salah satu kebocoran data yang diungkap Footall Leaks yakni menuduh Presiden FIFA Infantino membantu Paris Saint-Germain dan Manchester City untuk menerima hukuman ringan atas pelanggaran yang mereka lakukan terhadap aturan Financial Fair Play (FFP).
Menurut Football Leaks, pemilik klub yang berbasis di Kota Abu Dhabi itu diduga menyuntik 2,3 miliar poundsterling ke klub selama tujuh tahun terakhir melalui pemegang saham dan kontrak sponsor yang terlalu bernilai, sebuah praktik yang merupakan pelanggaran peraturan FFP.
Dokumen menyatakan Infantino terlibat dalam negosiasi yang memungkinkan City dan klub Prancis Paris Saint Germain untuk menghindari sanksi ketat untuk mengesampingkan aturan mengenai pendapatan sponsor.
