Polusi Udara Meningkatkan Keguguran

| 13 Jan 2019 11:33
Polusi Udara Meningkatkan Keguguran
Ilustrasi (Pixabay)
Jakarta, era.id - Berdasarkan penelitian, wanita hamil yang merokok dapat meningkatkan risiko keguguran. Selain rokok, polusi udara juga dapat menganggu janin saat kehamilan.

Dilansir dari The Guardian, Minggu (13/1/2019), studi terbaru menerangkan, kadar nitrogen dioksida NO2 yang tinggi yang terjadi di dunia saat ini, meningkatkan risiko kehamilan sebesar 16 persen. NO2 merupakan gas yang diproduksi dari pembakaran bahan bakar, khususnya pada kendaraan diesel.

Penelitian yang dilakukan di Salt Lake City di AS, dan di daerah perkotaan ini diterbitkan dalam jurnal Fertility and Sterility. 

"Ini sangat mendalam," kata Dr Matthew Fuller, di departemen kedokteran darurat Universitas Utah.

"Jika kamu membandingkan peningkatan risiko itu dengan studi lain tentang dampak lingkungan pada janin, itu sama dengan asap tembakau pada kehamilan trimester pertama," tambah dia. 

Dia menambahkan, ada banyak tempat di dunia yang memiliki polusi udara yang jauh lebih buruk. Sehingga, penelitian ini tidak hanya berguna di Amerika Serikat. 

"Level NO2 di Salt Lake City serupa dengan yang ada di kota-kota seperti London dan Paris," kata dia.

Ilustrasi. (Pixabay)

Fuller awalnya diberitahu masalah keguguran akibat polusi udara ini ketika seorang anggota keluarga keguguran pada 2016. 

"Itu memicu pertanyaan di benak saya dan kemudian saya mulai memperhatikan secara anekdot bahwa saya melihat lonjakan angka keguguran. di departemen darurat selama dan setelah lonjakan polusi," kata dia.

Fuller bekerja sama dengan ilmuwan kesehatan populasi Claire Leiser untuk melihat apakah masalah ini. Mereka menganalisis catatan lebih dari 1.300 wanita yang databg ke unit gawat darurat setelah keguguran dari 2007 dan 2015.

Dalam penelitian tersebut, mereka mencatat paparan seorang wanita terhadap polusi udara pada saat keguguran, dibanding saat tidak keguguran. Mereka juga mencatat usia, berat badan, pendapatan, dan faktor lain yang bersifat pribadi. 

Kesimpulannya, mereka kehilangan anak mereka karena tingkat NO2 selama tujuh hari sebelum keguguran. 

"Banyak dari kita berpikir ada efek (polusi udara) pada kesehatan kita, tetapi tidak ada yang mengetahui itu berdampak pada anak yang belum lahir juga," kata Fuller.

Mekanisme pencemaran udara dapat membahayakan janin belum dipastikan, tetapi hipotesis yang mungkin adalah bahwa pencemar menyebabkan stres oksidatif dan peradangan. Ini yang dapat membuat keguguran.

Sementara itu, Dr Sarah Stock, di Universitas Edinburgh yang bukan bagian dari tim peneliti tadi, mengatakan polusi udara jelas merugikan kesehatan jutaan ibu, bayi, dan anak-anak di seluruh dunia. 

"Langkah-langkah untuk mengurangi dampak polusi udara sangat penting untuk memastikan kesehatan generasi mendatang," kata dia.

Tetapi dia mencatat bahwa risiko keguguran bervariasi secara substansial dengan jumlah minggu kehamilan. Dia menerangkan, penelitian ini tidak dapat mencatat informasi tersebut dan berpotensi menimbulkan bias pada hasilnya.

Karena itu, Fuller mengatakan, tindakan terbaik untuk mencegah ini semua adalah dengan mengurangi tingkat polusi di seluruh wilayah. 

Atau, kata Fuller, wanita hamil dapat menghindari aktivitas pada hari-hari yang tercemar dan mempertimbangkan untuk membeli filter udara dalam ruangan untuk membersihkan udara mereka. 

"Tetapi di negara berkembang ini adalah kemewahan yang tidak mampu dilakukan oleh banyak orang," katanya.

Rekomendasi