"Di era Industri 4.0, AI dan big data akan mengubah perilaku retail," kata Ketua Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia, Roy Nicholas Mandey, saat jumpa pers Future Commerce Indonesia 2019 di Jakarta, dilansir Antara, Selasa (29/1/2019).
Menurut Roy, 95 persen dari sekitar 600 anggota Aprindo sudah bertransformasi ke perdagangan elektronik. Cuma lima persen yang belum bertransformasi ke platform online karena pemain lokal dan mereka masih yakin dengan bisnis offline dalam kondisi saat ini.
Coba baca:#10YearsChallenge, Jalan Pintas Pencarian Data
Aprindo menilai perubahan ke platform ini mengharuskan perusahaan retail untuk mengubah model bisnis dan menyerap teknologi terkini untuk mengikuti perkembangan zaman dan demi keberlangsungan usaha mereka.
"Masa depan commerce ini pasti terjadi," kata Roy.
Tren perdagangan elektronik ke depan diperkirakan masih akan mengadopsi berbagai jenis teknologi. Jika mengadopsi teknologi, bisnis dapat bertumbuh dan memberikan kontribusi ke negara, kata Roy.
Coba baca: Kita Memang 'Gampangan' Share Data Pribadi
Kecerdasan buatan dan big data ini dapat dimanfaatkan oleh para retailer untuk mempelajari perilaku konsumen dan memenuhi kebutuhan mereka. Melalui kebiasaan para pelanggan, retail bisa menentukan apa saja yang dibutuhkan oleh konsumen mereka.
"Semua ini hanya bisa didapat dari big data," kata dia.
Contoh bagaimana retail mempelajari konsumen mereka adalah melalui barang rekomendasi yang muncul melalui iklan. Setelah melihat-lihat barang, konsumen akan mendapat iklan rekomendasi barang serupa. Beberapa retailer mengadakan program loyalitas (loyalty program) misalnya memberikan hadiah berupa poin yang dapat ditukarkan ke gerai, untuk mengetahui kebiasaan-kebiasaan konsumen mereka. Selain itu, retail juga bekerja sama dengan perusahaan teknologi finansial untuk mempelajari perilaku konsumen.