Data dari Indeks HALE dari Organisasi Kesehatan Dunia, yang menghitung jumlah tahun--yang dapat diharapkan--seorang pria atau wanita hidup tanpa penyakit atau cedera utama, menemukan bahwa pria Amerika dapat menantikan 67 tahun yang sehat, sementara wanita Amerika akan menikmati 70 tahun masa benar-benar sehat.
Dilansir dari Time, Sabtu (2/3/2019), kesenjangan umur pria-wanita untuk urusan kesehatan ini bukanlah fenomena baru. Para ahli telah mengetahuinya selama beberapa dekade. Itu juga tidak terbatas pada orang Amerika saja.
"Kesenjangan gender dalam harapan hidup ini berlaku untuk semua masyarakat, dan juga berlaku untuk kera besar," kata Dr. Perminder Sachdev, seorang profesor neuropsikiatri di Universitas New South Wales di Australia yang telah mempelajari umur panjang manusia.
Mengapa wanita cenderung hidup lebih lama dari pria? Sachdev mengatakan ada beberapa teori, yaitu karena faktor biologi, dan perilaku.
"Pria lebih cenderung merokok, minum berlebihan dan kelebihan berat badan," katanya.
"Mereka juga cenderung mencari bantuan medis lebih awal, dan, jika didiagnosis dengan penyakit, mereka lebih cenderung tidak patuh pada pengobatan," tambahnya.
Selain itu, kata dia, pria lebih sering berisiko soal kehidupan, di antaranya ancaman kecelakaan, perkelahian dan lainnya.
Sementara dari sisi biologis, yaitu saat hormon testosteron pria meninggi, hal tersebut dapat memendekan umur. Penelitian dari Duke University menemukan, kadar testosteron yang meningkat dikaitkan dengan perilaku berisiko.
"Hormon seks pria mengurangi fungsi kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular," kata Kyung-Jin Min, seorang profesor ilmu biologi di Universitas Inha di Korea Selatan.
Dalam sebuah studi tahun 2012 yang diterbitkan jurnal Current Biology, Min dan rekan-rekannya memeriksa catatan kesehatan historis 81 kasim Korea (pria yang dikebiri sebagai anak-anak, dan karena itu berhenti memproduksi banyak testosteron). Mereka mendapati bahwa para kasim cenderung hidup sekitar 14 hingga 19 tahun lebih lama daripada pria yang menghamili dan memiliki status sosial-ekonomi yang sama.
Sementara hubungan antara testosteron dan fungsi kekebalan tidak jelas, studi Min menunjuk ke penelitian laboratorium yang menunjukkan bahwa testosteron dapat memblokir pelepasan beberapa sel kekebalan melawan penyakit.
Di sisi lain, ada juga sejumlah besar penelitian yang menghubungkan kadar testosteron rendah dengan penyakit jantung dan hasil kesehatan yang buruk pada pria, hasilnya, hubungan antara testosteron dan kesehatan pria sangat kompleks.
Mungkin saja hormon pria tidak bisa disalahkan untuk masalah umur ini. Tapi, sebagai gantinya, hormon wanita ternyata dapat menawarkan beberapa manfaat umur tambahan.
"Estrogen (hormon wanita) tampaknya bersifat melindungi —telah terbukti memiliki peran antioksidan," kata Sachdev.
Sebuah studi pada 2013 di International Journal of Endocrinology menemukan bukti bahwa estrogen dapat mencegah jenis kerusakan DNA yang mengarah pada penyakit. Ulasan itu juga menemukan bukti bahwa estrogen dapat membantu mempertahankan fungsi sel yang normal dan sehat.
Temuan semacam ini membantu menjelaskan kesenjangan umur panjang pria-wanita. Tetapi mengapa evolusi dan seleksi alam menanamkan wanita, bukan pria?
"Semua ini sepenuhnya spekulatif," kata Sachdev, tetapi itu mungkin ada hubungannya dengan peran historis wanita sebagai pengasuh anak. "Begitu anak-anak lahir, pria bisa dibuang," katanya.
"Tetapi tubuh yang kuat dari ibu penting untuk kelangsungan hidup anak," tambah dia.
Tubuh seorang wanita telah berevolusi untuk bertahan dan bangkit kembali dari trauma fisik kehamilan dan persalinan, serta tuntutan menyusui. Ini berbeda dengan pria yang tidak terpapar apapun.