Jakarta, era.id - Film Bumi Manusia adalah tantangan bagi setiap insan yang terlibat di dalamnya. Termasuk Iqbaal Ramadhan, aktor muda yang kebagian peran sebagai Minke, pemeran utama dalam kisah besar ciptaan sastrawan kenamaan, Pramoedya Ananta Toer.
Sejak awal, adaptasi novel masyhur ini telah mengundang perdebatan. Sejumlah pihak yang kebanyakan mengaku sebagai penggemar Pram khawatir adaptasi Bumi Manusia ke dalam medium film akan menodai kesakralan kisah yang diangkat Pram dalam novelnya.
Selain kekhawatiran pada hilangnya kesakralan, sosok Iqbaal sebagai pemeran Minke jadi salah satu perdebatan yang cukup panas. Penggemar Pram, ramai-ramai menyebut Iqbaal sama sekali bukan sosok yang pantas untuk mewarisi segala keluhuran Minke ke dalam perannya.
Di sela peluncuran poster film di Epicentrum Walk, Jakarta, Rabu (19/6), kami menemui Iqbaal. Ia mengakui beratnya tanggung jawab yang harus ia emban untuk memerankan Minke. Namun, berkat dukungan seluruh tim, terutama sang sutradara, Hanung Bramantyo, Iqbaal perlahan menumbuhkan kepercayaan diri.
"Mas Hanung itu ngomong ke saya, 'Kamu itu Minke.' Saya cuma, 'Heh.' Mas Hanung terus bilang lagi, 'Ya, kamu itu seperti Minke. Kamu itu minoritas dan pergi kuliah di negara lain, tapi tetap memiliki rasa nasionalisme.'," Iqbaal menuturkan ucapan Hanung.
Untuk menyelami karakter Minke, Iqbaal melakukan banyak hal. Mulai dari riset serta membiasakan diri untuk bertingkah laku seperti orang Jawa di zaman dahulu. "Saya juga direkomendasikan oleh mas Hanung untuk baca buku Max Havelaar karya Multatuli. Itu buku favoritnya eyang Pram," jelas Iqbaal.
Menurut Iqbaal, yang paling menantang baginya adalah mempelajari cara berdialog dalam bahasa Jawa dan Belanda. Termasuk bertingkah laku seperti pemuda di era 1890. "Saya dulu kepengin jadi karakter pria Jawa. Nah, di sini kebagian."
"Ya, saya harus bahasa Jawa. Jawanya juga bukan Jawa yang kasar. Tapi Jawa yang halus. Ditambah lagi saya harus belajar bahasa Belanda. Ya, saya dan Mawar (pemeran tokoh Annelies) juga belajar bahasa Belanda."
Selain menambah wawasan di dengan membaca buku serta belajar berlisan ala Minke, Iqbaal juga merubah sedikit fisiknya serta belajar bersikap dan menjalani kehidupan layaknya 'budak' di rumahnya sendiri.
"Saya itu seperti lumba-lumba. Licin nggak ada bulu. Jadi saya harus numbuhin kumis. Itu juga masih ditambah dengan kumis buatan lagi. Terus saya juga harus naikin berat badan. Yang paling seru lagi, mas Hanung nyuruh saya mencoba makan duduk di lantai, makan pake tangan, ngepel, dan nyuci baju."
"Film ini kan menceritakan Minke, seorang pribumi yang menjadi budak di tanahnya sendiri. Nah, mas Hanung kasih masukan kalau saya mencoba menjadi budak di rumah sendiri."
Tentang Minke
Minke adalah tokoh rekaan dari Bapak Pers Nasional, Raden Mas Djokomono Tirto Adhi Soerjo (1880-1918). Dalam tetraloginya, Pram mengangkat cerita kehidupan tokoh kelahiran Blora, Jawa Tengah ini. Meski terlahir sebagai putra seorang bangsawan jawa, sosok Minke digambarkan Pram sebagai pribadi yang begitu membumi, rela merangkak dari bawah untuk mengangkat harkat dan martabat bangsanya di hadapan penjajah Belanda.
Di awal ceritanya, Minke dikisahkan sebagai seorang anak bangsawan dari tanah Blora. Minke adalah seorang pribumi yang bersekolah di HBS, sekolah khusus yang diisi anak-anak bangsawan dan bule-bule Eropa. Pada masa itu, pribumi dianggap rendah di tanah airnya sendiri. Oleh sebab itu, banyak pribumi yang enggan mengakui ke-pribumi-an mereka.
Pada Bumi Manusia, Pram menggambarkan awal kisah cinta dramatis Minke dengan Annelies, Bunga Akhir Abad, seorang peranakan Belanda dan pribumi bernama Sanikem yang kemudian lebih dikenal dengan nama Nyai Ontosoroh. Sosok Nyai Ontosoroh yang tegar dan lebih terpelajar ketimbang orang Belanda kemudian menjadi guru panutan Minke di kemudian hari.
Setelah menamatkan sekolah di HBS, Minke melanjutkan sekolahnya di sekolah kedokteran cikal bakal Universitas Indonesia saat ini, STOVIA, Batavia. Semenjak saat itu, Minke memulai kisah cintanya dengan dunia tulis-menulis. Dari situlah Minke mulai mengabdikan dirinya, mengajar kaum pribumi untuk meningkatkan derajat mereka lewat pendidikan.
Berbagai kesulitan dan tantangan dilalui Minke dengan begitu cakap. Hal itu membuat sosok Minke dikagumi, enggak cuma oleh bangsanya sendiri, tapi juga oleh orang Belanda. Sebab, meskipun disegani dan dipuji lawan, Minke tetap melawan para penjajah dengan cara melontarkan seruan-seruan yang membangkitkan kesadaran para pribumi tentang pentingnya menjadi bangsa yang besar.
Film Bumi Manusia sendiri akan tayang pada 15 Agustus 2019. Karya Hanung kali ini jadi menarik. Seperti yang telah dijelaskan di atas dan di dalam artikel Sudahkah Kita Berlaku pada Film Bumi Manusia, bahwa Bumi Manusia dalam novel Pram adalah sebuah karya sakral. Adaptasinya ke medium film jelas suatu kerja besar nan berat bagi Hanung dan seluruh orang dalam proyek film ini.