Masalah Privasi di Balik Aplikasi FaceApp

| 18 Jul 2019 19:07
Masalah Privasi di Balik Aplikasi FaceApp
Layar tangkap FaceApp (The Verge)
Jakarta, era.id - Media sosial belakangan ini sedang diramaikan dengan unggahan foto wajah tua penggunanya. Foto-foto itu dibuat menggunakan filter penuaan wajah dari aplikasi pengeditan bernama FaceApp. 

Meski menyenangkan, ada sedikit rasa kekhawatiran dari penggunanya. Sebab aplikasi ini  dikabarkan berbahaya, khususnya masalah privasi. 

Belum lagi sejumlah syarat yang mengharuskan penggunanya memberikan izin kepada aplikasi FaceApp. Salah satunya adalah mengakses berbagai informasi dari pengguna. Dengan kata lain, pihak pengembang FaceApp bisa saja mempublikasi foto yang pengguna unggah ke dalam aplikasi kepada publik kapan saja mereka inginkan. 

Belum lagi adanya kekhawatiran yang disebabkan karena pemilik aplikasi itu adalah Rusia, yang banyak disebut orang identik dengan kasus peretasan. Hal ini pula yang membuat Senator Amerika, Chuck Schumer meminta kepada badan intelijen AS (FBI), Komisi Federal Perdagangan (FTC), dan Badan Perlindungan Konsumen untuk menyelidiki aplikasi FaceApp.

"Lokasi FaceApp di Rusia menimbulkan pertanyaan mengenai bagaimana dan kapan perusahaan memberikan akses data warga Amerika ke pihak ketiga termasuk ke pemerintah terkait," kata Schumer dikutip dari The Verge.

"FaceApp akan sangat menganggu jika informasi pribadi (yang) sensitif (milik) warga Amerika diberikan kepada pemerintah asing yang aktif terlibat dalam permusuhan siber terhadap Amerika Serikat."

 

Schumer bukanlah satu-satunya senator dari Partai Demokrat yang merasa khawatir terhadap aplikasi yang kembali digandrungi warga dunia itu. Menurut surat kabar Washington Post, Komite Nasional Partai Demokrat telah menyerukan kepada pemerintah AS untuk memblokir aplikasi itu. Pasalnya, mereka memiliki catatan buruk dengan Rusia setelah beberapa pejabat Partai Demokrat menjadi sasaran para peretas Rusia selama kampannye pemilihan presiden 2016 silam.

Memang aplikasi ini mengklaim tidak akan menjual data maupun menyalahgunakan foto pengguna yang diunggah ke aplikasinya ke pihak ketiga. Hanya saja, aspek lain yang dicemaskan oleh warganet soal di mana data-data penggunanya disimpan. Sebab menurut kebijakan privasi FaceApp, informasi pengguna bisa disimpan dan diproses di Amerika Serikat atau negara lain di mana FaceApp berbisnis.

Kekhawatiran itu sampai ke telinga CEO FaceApp, Yaroslav Goncharov. Ia menegaskan bahwa FaceApp melakukan sebagian besar pemrosesan di cloud, terutama di Amazon Web Services dan Google Cloud. Ia juga menegaskan foto-foto tersebut tidak akan digunakan untuk tujuan lain, apalagi diberikan kepada pihak ketiga.

"Kebanyakan foto dihapus dari server kami dalam waktu 48 jam sejak waktu upload," tandasnya, sembari menambahkan kalau tidak ada data pengguan yang dikirim ke Rusia, seperti dirangkum Washington Post.

Aplikasi FaceApp pertama kali diluncurkan untuk iOS pada Januari 2017, dan untuk Android pada Februari 2017. Pengguna bisa menggunakan aplikasi ini dengan gratis pada tiga hari pertama, dan setelahnya harus membayar biaya berlangganan jika ingin menggunakan semua fitur yang ada

Walau baru seumur jagung, aplikasi ini terhitung sangat populer. Di Google Play Store, aplikasi ini tercatat telah diunduh lebih dari 100 juta kali, bahkan masuk dalam jajaran aplikasi terbaik di App Store serta Play Store pada 2017 lalu serta memperoleh badge Editor's Choice dari Google.

Ketenaran FaceApp melonjak cepat diikuti dengan tagar #FaceAppChallenge dan #AgeChallenge. Tagar ini belakangan ramai di Twitter dan Instagram, berisikan pengguna yang berlomba mengirimkan foto tua/muda bergambarkan dirinya atau sosok-sosok kondang lainnya.

Tags :
Rekomendasi