Salah Kaprah Susu Kental Manis, Dianggap Susu Selama Puluhan Tahun

| 27 Nov 2019 12:33
Salah Kaprah Susu Kental Manis, Dianggap Susu Selama Puluhan Tahun
SKM (Dok. Nestle)
Jakarta, era.id -  Sebuah riset yang dilakukan di wilayah yang mengalami gizi buruk menemukan adanya keterkaitan antara gizi buruk anak dengan konsumsi susu kental manis (SKM).

Riset yang dilakukan Yayasan Abhipraya Insan Cendikia Indonesia (YAICI) bersama dengan PP Aisyiyah yang dilakukan di tiga wilayah di Indonesia menemukan ada peningkatan kasus gizi buruk pada anak akibat konsumsi krimer atau susu kental manis.

Ketua Harian YAICI Arif Hidayat di Jakarta, Rabu (27/11/2019), mengatakan pihaknya melakukan riset di daerah dengan angka kekerdilan (stunting) tertinggi, yaitu Aceh (Banda Aceh, Pidi, Aceh Tengah), Kalteng (Palangkaraya, Kota Waringin Timur, Barito Timur), dan Sulut (Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondaw Utara, Manado).

“Riset dilakukan untuk mengetahui kebiasaan konsumsi susu kental manis atau krimer kental manis dan dampaknya terhadap gizi buruk,” katanya seperti dilansir Antara.

Riset yang dilakukan melalui survei itu menyimpulkan adanya temuan kasus gizi buruk dan gizi kurang pada usia bayi dan balita yang mengonsumsi SKM setiap hari.

“Dari 1.835 anak yang terdata, sebanyak 12 persen mengalami gizi buruk, 23,7 persen gizi kurang. Anak yang berstatus gizi buruk ditemukan pada anak usia 5 tahun sebanyak 28,8 persen, dan gizi kurang pada anak usia 3 tahun 32,7 persen,” katanya.

Sementara itu, Ketua Majelis Kesehatan PP Aisyiyah Chairunnisa mengatakan angka itu cukup tinggi di tengah masifnya upaya promosi edukasi kesehatan anak dan keluarga yang dilakukan oleh pemerintah, akademisi, dan kalangan swasta.

Ia mengatakan masyarakat masih menganggap krimer atau SKM sebagai susu karena adanya penyampaian iklan yang salah dari produsen. Melalui iklan krimer sejak 1992 yang menyesatkan, masyarakat di tanah air sudah terbiasa dengan informasi bahwa krimer adalah produk susu.

Apalagi kerap kali iklan itu memvisualisasikan balita dan keluarga harmonis yang seakan-akan mengasumsikan bahwa susu kental manis itu minuman bernutrisi. "Karenanya, perlu kerja sama semua pihak untuk memutuskan mata rantai salah persepsi masyarakat terhadap susu kental manis," ucapnya.

Rian Anggraeni dari Direktorat Gizi Masyarakat Kemenkes menegaskan SKM tidak cocok untuk anak di bawah usia 3 tahun yang masih membutuhkan lemak dan protein tinggi untuk pertumbuhan dan perkembangan.

Wulan Sadat dari BPOM menambahkan bahwa krimer atau SKM sama sekali bukan susu produk hewani yang bergizi tinggi. Karena krimer dibuat dengan cara menguapkan sebagian air dari susu segar (50 persen) dan ditambah dengan gula 45-50 persen.

"Jadi bukan lagi menjadi minuman bergizi utama balita. Susu kental manis itu hanya cocok sebagai toping untuk pelengkap makanan," katanya.

Dia juga menegaskan bahwa anggapan krimer sebagai pengganti ASI merupakan persepsi yang keliru.

Komisioner KPAI, Sitti Hikmawatty, mengatakan, selain menggunakan kata secara tegas, produsen krimer juga tidak menggunakan Bahasa Inggris misalkan "not recommended for" dalam kemasan produk.

“Gunakan bahasa yang tegas 'dilarang'. Kemudian bagi mereka yang tidak bisa baca, cukup dengan gambar yang tegas seperti larangan iklan rokok, 'tidak dilarang merokok', tapi ada gambar rokok, coret," ujar Sitti.

Pengamat Kebijakan Publik, Sofie, menyoroti soal label pangan olahan seperti susu kental manis yang perlu diperhatikan dan soal multi tafsir dari hidangan tunggal susu kental manis dan aturan visualisasi anak.

"Ini perlu diatur pengawasannya dan sanksinya harus tegas," ucapnya.

Sudah Beredar Selama Seabad

Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, kehadiran produk susu kental manis masuk ke Indonesia pada tahun 1873, yaitu melalui impor susu kental manis merek Milkmaid oleh Nestlé yang kemudian dikenal dengan nama Cap Nona dan selanjutnya pada tahun 1922 oleh De Cooperatve Condensfabriek Friesland yang sekarang dikenal dengan PT Frisian Flag Indonesia dengan produk Friesche Vlag.

Pada akhir tahun 1967, Indonesia mulai memproduksi susu kental manis pertama kalinya melalui PT Australian Indonesian Milk atau atau yang saat ini dikenal dengan nama PT Indolakto, diikuti oleh PT Frisian Flag Indonesia pada tahun 1971 yang pabriknya yang terletak di Pasar Rebo, Jakarta Timur, dan diikuti oleh PT Nestlé Indonesia pada tahun 1973 di pabriknya di Provinsi Jawa Timur. Setelah itu, industri susu kental manis terus berkembang hingga sekarang.

Susu kental manis sering ditambahkan pada hidangan penutup seperti kue atau minuman es. Di Rusia, susu kental manis dikenal sebagai "c" (sguschyonka) dan dalam bahasa Inggris, susu kental manis di kenal dengan nama sweetened condensed milk atau bisa juga disingkat SCM.

Tags : gizi buruk