Begini Caranya Biar Ular Kobra Gak Bersarang di Rumah Kita

| 17 Dec 2019 11:05
Begini Caranya Biar Ular Kobra <i>Gak</i> Bersarang di Rumah Kita
Ilustrasi (Pascal Laurent/Pixabay )
Bandung, era.id – Temuan ular berbisa seperti kobra di sekitar permukiman warga, marak diberitakan baru-baru ini. Kemunculan ular sendok tersebut tentu sangat mengkhawatirkan. Sebab keberadaan ular berbisa bisa melukai bahkan mengancam nyawa seseorang.

Ahli reptil dari Intitut Teknologi Bandung (ITB), Ganjar Cahyadi menanggapi fenomena kemunculan ular kobra di sejumlah daerah di Indonesia tak lepas dari masuknya musim penghujan. Musim ini merupakan masa di mana ular bereproduksi.

Kurator Museum Zoologi Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB tersebut menjelaskan, ular memiliki fase reproduksi. Pada musim hujan, telur ular biasa menetas.

“Perilaku kobra itu biasanya menyimpan telur di sarangnya, biasanya sarang bekas tikus, atau ditempat-tempat lembab, tumpukan sampah, dan dia simpan telornya lalu ketika awal musim hujan akan menetas,” terang Ganjar Cahyadi, dikutip dari siaran pers ITB, Selasa (17/12/2019).

Menurutnya, jika banyak ular ditemukan di suatu lokasi, kemungkinan tempat tersebut merupakan habitatnya atau sebagai area ular mencari makan. Seperti diketahui, salah satu makanan bagi ular adalah tikus, dan tikus biasanya banyak di rumah-rumah.

Ahli reptil dari Intitut Teknologi Bandung (ITB), Ganjar Cahyadi. (Iman Herdiana/era.id)

Untuk itu, Ganjar menyarankan kepada masyarakat untuk selalu menjaga kebersihan rumah dan lingkungan di sekitar rumah. Hindari banyaknya tumpukan-tumpukan benda, baik sampah, kardus, atau bekas barang yang seringkali dijadikan rumah bagi ular untuk bersarang.

Ganjar lantas membeberkan karakter ular kobra yang biasa melepas anak-anaknya. Jadi selesai bertelur, dia akan membiarkannya menetas dan tidak menjaga anak-anaknya. “Anak kobra ketika baru menetas sudah memiliki taring dan kelenjar bisa, jadi sudah bisa mencari makan sendiri,” terangnya.

Ciri-ciri Ular Berbisa

Ular berbisa dikelompokkan pada dua famili yaitu elapidae dan viperidae, kata Ganjar. Ular yang termasuk elapidae contohnya kobra, ular belang (bungarus) dan ular cabai (calliophis intestinalis). Sementara untuk kelompok viperidae, cirinya adalah bagian kepala berbentuk seperti segitiga. Kalau di daun warnanya hijau dan jika di tanah warnanya kecoklatan.

Ular berbisa juga memiliki taring yang mengeluarkan bisa. Perilakunya terlihat lebih santai dalam bergerak, tapi kalau didekati akan melakukan upaya perlindungan diri atau menyerang. “Sementara ular tidak berbisa, tidak memiliki taring dan bila didekati akan kabur,” ujarnya.

Ciri lain dari ular berbisa dapat dilihat dari warna atau coraknya. Ular berbisa lebih mencolok warnanya, misalnya ular cabai yang mempunyai garis warna merah di tubuhnya, kemudian ular bungarus memiliki warga hitam putih.

Khusus untuk ular kobra, yang mencolok adalah karena warnanya hitam legam. Perilaku ular kobra, kalau terancam akan menaikkan tubuhnya dan mengembangkan rusuknya. Bahkan dapat menyemburkan bisanya ke arah mata.

Antisipasi Gigitan Ular

Ular menggigit tentu ada alasannya. Kata Ganjar, alasan pertama yakni untuk memangsa dan kedua untuk mempertahankan diri dari ancaman. Lalu bagaimana cara penanganan medis pertama bagi orang yang terkena gigitan ular?

Menurutnya, setiap kali seseorang digigit ular maka harus selalu waspada bahwa gigitan tersebut memiliki atau mengandung bisa. Hal yang perlu dilakukan pertama kali adalah imobilisasi atau meminimalisasi gerakan pada area yang terkena gigitan ular.

“Perlakuannya seperti pada patah tulang, jadi kita memasang kayu yang diikatkan dengan perban di bagian tubuh yang terkena gigitan. Usahakan area yang tergigit tidak bergerak sama sekali untuk mencegah area peredaran bisa dengan cepat. Akan tetapi jangan diikat terlalu kencang. Setelah dilakukan upaya tersebut, barulah dibawa ke fasilitas kesehatan,” ucapnya.

Sering kali ada beberapa tindakan yang salah dalam penanganan terhadap gigitan ular. Saat terkena gigitan ular, melukai lokasi yang terkena gigitan atau membakarnya sangat dilarang karena dapat terjadi infeksi. Dilarang pula menghisap darah di lokasi gigitan karena racunnya dapat termakan.

“Yang paling bagus sesuai saran WHO yaitu imobilisasi di area gigitan,” tambahnya.

Perlu diketahui pula jenis ular apa yang menggigit korban. Apakah berbisa atau tidak, warna serta coraknya, dan lain-lain. Hal ini untuk memudahkan dalam mengaplikasikan obat anti-bisa yang tepat.

Tags : teror kobra