Indonesia yang Masih Stay Calm Menghadapi Covid-19

| 12 Feb 2020 15:51
Indonesia yang Masih <i>Stay Calm</i> Menghadapi Covid-19
Ilustrasi (Dok. Kemlu)
Jakarta, era.id - Virus Korona baru tengah mewabah di China dan beberapa negara lainnya. Hingga saat ini Indonesia masih terbebas dari penularan penyakit yang disebut sebagai Covid-19 ini.

Meski pernah ada beberapa kasus pasien yang diobservasi karena punya gejala mirip korona, namun setelah menjalani pemeriksaan lebih lanjut hasilnya selalu negatif. Demikian pula dengan 238 WNI yang dievakuasi dari Provinsi Hubei dan diobservasi di Natuna diketahui belum ada tanda-tanda tertular.

Hal ini mendapat perhatian dari para ilmuwan, salah satunya adalah ahli epidemiologi Marc Lipsitch dari Harvard T.H. Chan School of Public Health. Dia menduga bahwa sebenarnya virus korona telah menyebar di Indonesia tapi tak terdeteksi. WHo juga dikabarkan sempat mengkritik kesigapan pemerintah Indonesia mengantisipasi korona.

Hal ini langsung dibantah oleh Sekretaris Ditjen P2P Kementerian Kesehatan RI, dr. Achmad Yurianto.

"Yang mengatakan santai siapa, kita tiap hari jungkir balik, enggak tidur. Apa kemudian kita harus pamer kalau kita bekerja?" kata Yurianto saat dihubungi era.id, Rabu (12/2/2020).

Meski begitu, Indonesia masih stay calm dalam mengahdapi virus yang sudah menewaskan lebih dari 1.100 orang ini lantaran Covid-19 bukanlah virus berjenis korona yang baru dihadapi oleh Indonesia. Sebelumnya, sudah ada virus MERS asal Timur Tengah yang lebih mungkin masuk ke Indonesia melalui jutaan orang yang pulang dari umrah atau haji.

"Dan MERS virus itu lebih sadis. Angka kematiannya itu lebih tinggi bisa sampai 30-40 persen dibanding dengan novel coronavirus yang cuma kurang dari 4 persen," papar Yurianto.

Selain itu, ketangkasan pemerintah Indonesia ancaman wabah virus juga sudah pernah dibuktikan saat menghadapi SARS, Flu Burung, dan Flu Babi hingga akhirnya pemerintah menciptakan sistem Cegah Tangkal.

Dari sistem itu, kata Yurianto, ada 100 rumah sakit yang disiagakan hingga hari ini karena adanya virus MERS dan SARS yang lebih mematikan ketimbang korona.

"MERS itu kita sudah ada yang positif, sudah ada yang meninggal. Kita setiap hari berjuang mati-matian mengurusi itu. Ini ditambah korona, ya kita enggak panik-panik lah, wong kita tiap hari sudah lari kenceng-kencengan kok," kata Yurianto.

Bukan Ajang Olimpiade

Sikap tenang pemerintah Indonesia dalam mengahadapi Covid-19 ini juga untuk menjaga kondisi yang kondusif di tengah masyarakat. Indonesia yang saat ini memiliki 269 juta penduduk, kata Yurianto, sangat mudah dibuat panik jika pemerintah gaduh dalam menangani penyakit mematikan ini.

Dia sendiri tak mau ambil pusing dengan tudingan dari ilmuwan atau WHO yang menyebut pemerintah Indonesia tak serius menanggapi virus korona baru. Yurianto menegaskan, prestasi dalam menangani korona bukan soal banyak-banyakan pasien seperti diibaratkan ajang olimpiade yang menghitung jumlah medali

"Tolong juga dipahami, ini bukan Olimpiade yang banyak-banyakan positif, yang positifnya paling banyak jadi juara umum, enggak begitu," kata Yurianto.

"Terus kemudian karena kira enggak dapat-dapat (kasus korona) lalu dijelek-jelekin, kemampuannya diragukan. Buktinya juga enggak ada yang sakit, enggak ada yang meninggal kok," tambahnya.

Terkait dengan banyaknya wisatawan yang masuk ke Indonesia dari berbagai negara -- termasuk Singapura dan Vietnam --, Yurianto menegaskan pemerintah Indonesia sudah sangat ketat melakukan proteksi.

Yurianto mengatakan, setiap wisatawan yang masuk ke Indonesia dan berasal dari daerah yang terjangkit akan diberi peringatan untuk menjaga kesehatan. Selain itu pemerintah Indonesia juga sudah mengimbau apabila ada wisatawan dari daerah terjangkit yang mengalami sakit untuk segera melaporkan diri ke rumah sakit rujukan.

Namun, bukan berarti Indonesia harus menutup diri terhadap wisatawan asing. Yurianto lantas mencotohkan negara Singapura dan Australia yang juga masih membuka diri terhadap wisatawan asing.

"Kalau saya ketakutan, maka prosedurnya setiap orang yang keluar pesawat harus buka mulut, tak ambil (sampel lendir dari kerongkongan). Tapi kita kan enggak perlu takut kayak gitu," pungkasnya.

Sementara itu, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto juga geram dengan tudingan tak serius peneliti Harvard dalam menangani virus korona. Menurut dia, Indonesia memiliki sejumlah peralatan canggih untuk mendeteksi virus corona.

"Itu namanya menghina, wong peralatan kita kemarin difixkan dengan Duta Besar Amerika Serikat (AS). Kita menggunakan kit-nya (alat) dari AS," ujar Terawan seusai rapat di Kantor TNP2K, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Selasa (11/2).

Terawan mempersilahkan organisasi kesehatan dunia atau WHO melihat langsung peralatan yang dimiliki Indonesia.

"Kita pada prinsipnya sangat transparan dan silakan yang mau memeriksa. Supaya enggak ada yang menyangsikan lagi. Kalau ada orang lain mau melakukan survei dan dugaan ayo silakan saja, tapi jangan mendiskreditkan suatu negara," ucapnya.

 

Tags : covid-19
Rekomendasi