"Yang pakai masker itu yang sakit. Yang tidak sakit, yang sehat tidak perlu pakai masker," kata Menkes dalam konferensi pers di Kemenkes, Jakarta, Senin kemarin.
Ia mengatakan anjuran itu didasarkan pada keputusan baik dari WHO (World Health Organization) maupun dari Amerika Serikat (AS). "Seluruh dunia sama keputusannya," katanya.
Di berbagai daerah seperti Jakarta dan Depok terjadi panic buying masker. Orang-orang memborong dan menimbun masker dan alat kesehatan lain seperti hand sanitizer untuk mencegah penularan virus korona baru. Harganya pun kini melambung.
Para praktisi medis di Amerika memperingatkan ancaman bahaya penggunaan masker, baik itu jenis N95, masker bedah (yang juga biasa dipakai warga untuk naik ojek), dan masker respirator.
Masker Respirator (Reuters)
Profesor kedokteran dan epidemiologi di Fakultas Kedokteran Universitas Iowa, Prof. Dr. Eli Perencevich mengatakan bahwa mengenakan masker (apapun jenisnya) memang membuat seseorang merasa aman dan terlindungi. Tapi percuma jika kamu tak mencuci tangan sebelum dan sesudah melepas masker.
"Jika kamu tidak mencuci tangan sebelum dan setelah melepas masker, kamu bisa meningkatkan risiko (terular virus)," kata Dr Perencevich seperti dikutip dari Forbes, Selasa (3/3/2020).
Dia juga memperingatkan tentang bahaya dari 'rasa aman yang salah'. Hanya orang yang tidak sehat yang perlu memakai masker untuk mencegah virus agar tidak ditularkan kepada orang lain.
Dr. Perencevich mengatakan virus korona baru ditularkan melalui tetesan atau cairan tubuh bukan udara. Itu berarti kamu tidak dapat menghirupnya secara acak sehingga masker dengan standar bedah sekalipun tidak dapat membantu seseorang terhindar dari virus SARS-COV-2 apabila tetesan cairan tubuh tetap keluar dan terjadi kontak cairan dan kulit.
Penggunaan masker N95 dan respirator juga tak banyak membantu untuk mencegah penularan virus. "Mereka akan lebih sering menyentuh wajah mereka meskipun tanpa sadar," kata Dr. Perencevich.
Infografik (Ilham/era.id)
Dan karena masker respirator bersifat menjebak udara dan sangat rapat ventilasinya, penggunaan yang tidak tepat atau tidak membuang masker dengan benar dapat meningkatkan risiko infeksi.
Terakhir, Dr Perencevich memperingatkan pembelian masker secara besar-besaran dan menimbunnya dapat membuat petugas kesehatan kekurangan masker ketika mereka sangat membutuhkannya.