Berharap Fleksibel, WFH Malah Bikin Jam Kerja Tak Menentu

| 18 Apr 2020 10:09
Berharap Fleksibel, WFH Malah Bikin Jam Kerja Tak Menentu
Ilustrasi (Pixabay)
Jakarta, era.id - Sudah hampir satu bulan para pekerja kantoran di Jakarta melakukan kegiatan bekerja dari rumah (Work From Home/WFH). Begitu juga dengan Jihan (bukan nama sebenarnya), wanita yang bekerja di sebuah perusahaan retail ini lupa makan hingga kerja 24 jam sehari selama WFH.

Berharap kerja lebih santai, malah justru tak ada jam kerja bagi Jihan dan mungkin jutaan pekerja lainnya yang sedang WFH. Tak heran kalau wanita berusia 26 tahun ini kangen dengan suasana kerja di kantor.

"Biasanya kalo ngantor jam 9 atau 10 baru sampai sekarang jam 8 sudah standby di depan laptop buat absen. Terus kalau misalnya di kantor baru datang suka mampir dulu ke bawah buat jajan atau sekadar ngobrol sama temen-temen di pantry. Kangen," ungkap Jihan kepada era.id, Sabtu (18/4/2020).

Dampak ekonomi dari pandemi COVID-19 memang menghantam seluruh sendi kehidupan manusia. Industri FnB, retail, pariwisata hingga transportasi menjadi sasaran empuk di tengah pandemi COVID-19. Bahkan Jihan sudah menjalankan WFH selama hampir sebulan.

"Jam kerja gue benar-benar enggak menentu. Gue pernah kerja dari jam 9 pagi sampai jam 3 pagi. Working time gue jadi 24 jam, bahkan sabtu minggu gue tetap kerja," ungkap Jihan.

Bukan hanya itu saja, perusahaan tempatnya bekerja saat ini memindahkan seluruh layanannya menjadi online dan take away lantaran banyak mal yang tutup, sehingga para tenant dan brand yang bekerja sama dengan perusahaan Jihan beralih seluruhnya ke online

Atas hal ini, Jihan harus bekerja lebih ekstra lantaran dia berada di divisi marketing. Makanya enggak heran kalau dia bisa kerja hingga 24 jam nonstop. Belum lagi tekanan yang diterima dari atasannya, yang membuat dia dan tim sedikit kewalahan dan tertekan.

"Terus terang nyiasatinnya kalau lewat dari jam 10 malam enggak akan kita balas lagi. Jam kerja kita dari jam 8 pagi sampai jam 10 malam. Misalnya ada brand kirim email jam 10 lewat, kita bakal kerjainnya besok pagi. Kalau dipaksa kerjain itu bakal effort banget bisa sampai jam 2 pagi," katanya.

Selain itu, karena wanita berusia 26 tahun tersebut sangat bergantung pada jaringan internet, ia pun butuh anggaran lebih untuk membeli kuota internet di rumah.

"Enggak ada penggantian sama sekali, internet maupun telepon enggak ada biaya tambahan lagi. Kebijakan dari awal WFH emang enggak di kasih kompensasi uang internet itu," terangnya.

Selama hampir satu bulan WFH, Jihan mengaku banyak sekali perubahan yang terjadi saat WFH.

"Tapi sisi positifnya gue jadi bisa lebih produktif sih karena gue bisa ngerjain banyak hal dalam satu hari. Tapi ya capek banget dan kurang istirahat," tuturnya.

Pakar sumber daya manusia (SDM) Priyantono Rudito menilai karyawan perlu pintar-pintar mengatur waktu saat bekerja dari rumah. WFH memungkinkan para karyawan bekerja lebih fleksibel.

"WFH dipercaya memberi benefit baik bagi karyawan maupun bagi perusahaan. Khususnya bagi segmen karyawan milenial yang menginginkan fleksibilitas-fleksibilitas tersebut," kata Priyantono lewat keterangan tertulis, Jumat (17/4).

Di era digital saat ini, tanpa adanya pandemi virus korona, sudah banyak perusahaan yang menerapkannya. WFH merupakan salah satu tren yang semakin mengarah menjadi new normal dalam praktik HR di era digital ini.

"Di banyak perusahaan hal ini justru menjadi program strategis yang dikenal dengan program transformasi digital," ucap mantan petinggi Telkom ini.

 

Tags : psbb
Rekomendasi