Terkait itu, sosiolog Universitas Ibnu Khaldun (UIK), Musni Umar mengatakan, pidana dapat jadi jalan keluar untuk menghentikan perilaku vandal para suporter.
Lagipula, perusakan yang dilakukan para suporter dipandang Musni sebagai tindak kriminal yang harus diganjar dengan hukuman pidana.
"Mereka melakukan tindakan kriminal, ya harus diproses pidana," kata Musni saat dikontak era.id, Selasa (20/2/2018).
Musni mengatakan, ke depan, pengawasan ketat perlu dilakukan terhadap fasilitas umum, termasuk fasilitas-fasilitas di dalam stadion.
"Jangan cuma mengamankan presiden, tapi juga mengamankan masyarakatnya. Jadi ada pengamanan internal dari suporter, ada pengamanan eksternal yang dilakukan oleh aparat keamanan," kata Musni.
Selain mengawasi fasilitas, Musni juga mendorong pendidikan menyeluruh pada kelompok-kelompok suporter. Kesadaran untuk menjaga fasilitas perlu dibangun di lingkungan masyarakat.
"Pimpinannya itu ada yang mendoktrinasi mereka dan mewanti-wanti agar jangan membuat kegaduhan," kata Umar.
Musni melihat sejumlah penyebab maraknya aksi vandalisme supoter sepak bola di Indonesia. Salah satunya, kata Musni, turut dipicu ketidakpuasan terhadap sistem sepak bola yang berjalan, termasuk pengelolaan turnamen.
Selain itu, aksi vandalisme biasanya juga dipicu oleh aksi perseorangan, yang menurut teori kerumunan massa dalam ilmu sosiologi dapat memancing aksi massa yang lebih luas.
"Ada salah satu orang yang membuat gaduh, kemudian orang lain ikut. Ada yang menciptakan brutalisme, keributan, kemudian yang lain ikut ribut," tutur Musni.
Infografis (era.id)