Siang ini, era.id mewawancarai Darren Firmansyah, Koordinator Nike Ardilla Fans Club (NAFC). Asli, kami cukup terkejut saat tahu Darren ternyata anak 90'an.
Fenomena banyaknya milenial yang jadi pengagum Nike ini turut disoroti oleh Darren. Menurut Darren, seluruh karya Nike yang dibuat dengan hati jadi penyebab lagunya selalu asyik buat didengar.
Darren mengatakan, Nike adalah sosok yang amat istimewa. Talentanya ada di berbagai bidang kesenian. Tak hanya bernyanyi, sepanjang karirnya, Nike juga main film. Sosoknya yang begitu ikonik membuat Nike laris juga sebagai model.
Nike adalah salah satu cerminan budaya pop saat itu. Apapun yang berhubungan dengan Nike, pasti langsung nge-pop. Nike begitu genius. Ia membangun dirinya dengan kegeniusan. Bukan dengan sensasi seperti yang dilakukan selebriti masa kini.
"Saya pernah melihat dan berdiskusi dengan pembuat film Lupus. Dia bilang, Nike Ardilla itu genius. Misal, Nike itu cuma satu kali take ambil lagu dan hasilnya bagus ... Menurut kita, sosoknya itu genius. Karirnya hanya 5,5 tahun, tapi benar-benar terkenal, karena dia genius," tutur Darren kepada era.id, Senin (19/3/2018).
Kebintangan yang Dikelola
Nike Ardilla sudah tiada. Kematiannya sudah melewati banyak purnama. Namun, bagaimana bisa Nike tetap jadi idola? Bahkan untuk kaum muda? Kira-kira, begini penjelasannya.
Darren dan NAFC adalah salah satu pihak paling berperan mengelola kebintangan Nike. Hingga 23 tahun berlalu, dan Nike tetap digandrungi. Menurut Darren, NAFC bukan hanya menghimpun penggemar Nike, tapi juga menularkan nilai-nilai kebintangan yang dimiliki Nike.
Darren mengaku telah menjadi misionaris Nike sejak kuliah. Iya, misionaris. Artinya, ia turut mengajak orang-orang untuk mencintai perempuan bernama asli Raden Rara Nike Ratnadilla. Caranya? Ya macam-macam. Menunjukkan karya Nike hingga membedah kebintangan Nike lewat obrolan-obrolan, formal atau tidak.
Selain itu, NAFC juga mengelola kebintangan Nike lewat pemanfaatan media sosial. NAFC tak hanya mempublikasikan hal-hal bersifat sejarah dari Nike, tapi juga membungkus konten-konten terkait Nike dengan gaya-gaya kekinian.
Ingat viral foto-foto Katy Perry yang disandingkan dengan Nike dalam berbagai pose? Nah, itu salah satu karya NAFC. "Lalu kita mashup lagu Katy Perry sama Nike yang intro-nya sama. Kita create yang positif. Bikin foto-foto dan intro lagu yang sama," kata Darren.
Tak hanya itu, NAFC juga merancang strategi promosi melalui media sosial. Pengelolaannya terasa begitu profesional. Setiap media yang dikelola NAFC memiliki cakupan pasar masing-masing. Instagram untuk milenial, dan Facebook untuk penggemar yang biasanya berusia lebih tua.
"Bikin cluster-cluster di media sosial dengan konten yang berbeda. Facebook itu follower-nya sudah empat jutaan, tapi biasanya emak-emak. Kalau IG juga lebih milenial. Jadi tergantung. Konten-kontennya berbeda," tutur Darren.