Sepak Terjang Tim Asia di Piala Dunia

| 12 Jun 2018 04:31
Sepak Terjang Tim Asia di Piala Dunia
Ahn Jung Hwan (Twitter @Squawka)
Jakarta, era.id - Piala Dunia 2002 adalah sejarah bagi negara Asia. Bagaimana tidak? Untuk pertama kalinya, negara anggota AFC, Jepang dan Korea Selatan berhasil menjadi tuan rumah. Meski negara peserta lain mengkritik habis-habisan akibat ketidaksiapan infrastruktur dan susahnya akomodasi logistik para peserta dan penonton, nyatanya Piala Dunia ini menjadi pembuka bagi perkembangan sepak bola di Asia. 

Banyak negara langganan Piala Dunia yang menutup mata akan kekuatan tim-tim Asia. Dan anggapan remeh tersebut berakhir menjadi kekagetan bagi mereka ketika secara luar biasa Korea Selatan berhasil menyingkirkan dua tim elite Eropa.

Di babak perdelapan final Korea Selatan mengalahkan Italia dengan skor 2-1 melalui golden goal yang dilesakan pemain Perugia, Ahn Jung Hwan pada menit ke-117. Di perempat final, giliran Spanyol yang kalah melalui adu penalti. Langkah Korea Selatan baru terhenti di tangan Jerman di babak semifinal. 

Beberapa media-media Eropa menganggap capaian yang didapat Tim Negeri Ginseng adalah buah kebusukan dan politik internal wasit. Tetapi nyatanya Korea Selatan berhasil menjadikan sepak bola sebagai harapan baru masyarakat di negaranya. Prestasi empat besar yang didapat Negeri Ginseng menjadi modal berharga negara Asia lain untuk meraih prestasi bagus dalam penyelenggaraan Piala Dunia ke depannya.

Sayangnya, hingga Piala Dunia 2014, belum satu pun negara Asia yang mampu menyamai prestasi Korea Selatan. Pada Piala Dunia 2006 di Jerman, semua wakil Asia gagal lolos dari fase grup. Di Afrika Selatan 2010, dua tim dari Asia Timur, Jepang dan Korea Selatan hanya mampu lolos hingga perdelapan final setelah takluk dari dua tim Amerika Latin, Paraguay dan Uruguay. Empat tahun berselang di Brasil, lagi, tak satupun tim Asia yang lolos dari fase grup.

Berawal dari sejarah

Jika dibandingkan dengan perkembangan sepak bola Eropa, kondisi sepak bola Asia bisa dikatakan tertinggal. Merujuk pada ranking resmi FIFA, tak satu pun negara Asia yang mampu masuk 35 besar. Tertinggi, Australia (yang bergabung dengan AFC pada 2006) berada di peringkat 36, disusul Iran di peringkat 37. Sedangkan Korea Selatan hanya mampu berada di peringkat 57, disusul Jepang di posisi 61. 

Selama penyelenggaraan Piala Dunia, dimulai pada 1930, kontribusi negara-negara Asia sangat minim. Hal ini diperparah dengan kondisi stabilitas negara-negara Asia sebelum maupun setelah Perang Dunia II. Federasi sepak bola benua Asia pun baru dibentuk pada 1954, di Manila.

Pada tahun itu Korea Selatan berhasil menjadi negara Asia berdaulat pertama yang lolos ke ajang sepak bola empat tahunan. Tim berikutnya yang lolos ke Piala Dunia 1966 di Inggris adalah Korea Utara. Saudara serumpun Korsel ini berhasil lolos dari fase grup dan mencapai perempat final, sebelum dikandaskan Portugal 5-3. 

Berikutnya adalah Israel--saat itu masih menjadi bagian dari AFC--yang menghuni Grup 2 Piala Dunia 1970 di Meksiko bersama Italia, Uruguay, dan Swedia. Tetapi negara ini gagal lolos dari fase grup setelah hanya meraih dua kali seri dan satu kekalahan.

Lalu ada Jepang yang lolos ke Prancis 1998. Meski penampilan Tim Samurai saat itu dianggap buruk, namun lolosnya mereka ke pesta akbar sepak bola ini membuat atmosfer sepak bola di Negeri Matahari Terbit merasuk ke segala lini. Baik dari sisi pengembangan sepak bola yang menjadi lebih baik maupun sisi euforia masyarakat yang mendukungnya.

Berharap pada pemain yang aktif di kompetisi liga top Eropa

Harapan akan prestasi apik dari tim Asia pada Piala Dunia 2018 tentu masih ada. Dengan makin banyaknya pemain-pemain berbakat kelahiran Benua Asia yang bermain secara regular di tim-tim top liga Eropa, seharusnya sepak bola Asia mampu berbicara dari sisi pengalaman dan mental tanding.

Kapten Timnas Jepang, Makoto Hasebe diharapkan mampu menunjukkan mental juaranya dalam memimpin Tim Samurai. Bek andalan Eintracht Frakfurt ini telah menunjukkan kepiawannya dalam menjaga pertahanan sekaligus membawa klubnya menjuarai DFB Pokal musim ini. Meski sudah berusia 34 tahun, kepemimpinan Hasebe tentu masih bisa diandalkan.

Pun demikian dengan pengalaman serta kepemimpinan kapten tim Australia, Tim Cahill yang diharapkan menjadi penentu langkah Socerroos. Ditambah gelandang jangkar Mile Jedinak yang musim ini nyaris membawa Aston Villa lolos ke Premier League sebelum kandas dari Fulham di babak play-off.

Untuk Korea Selatan, aksi gemerlap gelandang serang Son Heung-Min diharapkan mampu menjadi pembeda. Bintang Tottenham Hotspur ini total mengoleksi 18 gol di semua kompetisi musim ini sekaligus menjadikanya sebagai pemain tersubur sepanjang sejarah pemain Asia yang berkarier di liga top Eropa.

Kemudian Iran yang memiliki pemain top yang diprediksi bakal menjadi bintang di Piala Dunia kali ini. Yaitu sang kiper, Alireza Beiranvand yang perkasa menjaga pertahanan Iran selama babak kualifikasi dengan catatan 12 kali clean sheet.

Sedangkan tim Asia terakhir yang lolos ke Piala Dunia adalah Arab Saudi yang sangat berharap pada bintangnya, Nawaf Al Abed. Pemain klub lokal Al Hilal ini berhasil membukukan 8 gol dari 44 pertandingannya bersama Arab Saudi.

Baca Juga : Kilas Grup F Piala Dunia 2018: Tuah Juara Bertahan

Rekomendasi