Pelaku yang Sebar Hoaks 26 Juta Data Polri Bocor Diburu, Tak Ada Hubungan dengan Hacker Bjorka

| 23 Sep 2022 14:39
Pelaku yang Sebar Hoaks 26 Juta Data Polri Bocor Diburu, Tak Ada Hubungan dengan Hacker Bjorka
Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo (Sachril Agustin/ ERA)

ERA.id - Polri menegaskan data institusinya tidak bocor. Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo mengatakan data yang tersebar merupakan data lama.

Hasil asesmen dari Divtik (Divisi Teknologi, Informasi, dan Komunikasi Kepolisian Negara Republik Indonesia), data tersebut tidak bocor. Data bocor itu adalah hoaks," kata Dedi di Gedung Humas Polri, Jakarta, Jumat (23/09/2022).

"Kenapa hoaks? Karena data yang diambil adalah data-data usang, data tahun 2016 dan nggak ada kaitannya dengan Polda Metro. Karena data di polda Kalimantan Tengah," sambungnya.

Dedi menambahkan Polda Metro Jaya akan memburu pihak yang menyebarkan informasi palsu itu. Dia menerangkan pihak yang menyebarkan informasi palsu itu bisa dijerat pidana.

"Ya tidak menutup kemungkinan (penyebar terkena pidana), dari Polda Metro, dari cyber Polda Metro yang akan menangani," ucapnya.

Lebih lanjut, Dedi menerangkan pihak yang menyebarkan informasi 26 juta data Polri tidak ada hubungannya dengan hacker Bjorka.

"Nggak ada, nggak ada, nggak ada (keterkaitan dengan hacker Bjorka)," kata Dedi.

Sebelumnya, kebocoran data oleh hacker diduga terjadi lagi. Kali ini, sebanyak 26 juta data dokumen anggota Polri diduga bocor.

Dugaan kebocoran data ini berawal di situs breached.to. Dalam laman itu, akun anonim bernama Meki mengunggah sebuah postingan atau thread yang berjudul "26M DATABASE NATIONAL POLICE IDENTITY OF INDONESIA REPUBLIC".

Akun ini mengklaim memiliki dokumen penting semua data keanggotaan Polri di seluruh Indonesia dengan menampilkan logo Ditreskrimsus Polda Metro Jaya

Dia mengklaim punya 26.263.105 data personel Polri yang tersimpan dalam format CSV. Data yang diklaim dibocorkan ini berupa pangkat, Nomor Registrasi Pokok (NRP), nama lengkap, jabatan, foto, daerah, email, Nomor Induk Kependudukan (NIK), dan lainnya.

Data ini Meki jual dengan harga variatif dan mata uang berbeda. Sampel data anggota Polri yang dia klaim bocorkan pun ditampilkan di thread-nya.

"Polri telah menghabiskan banyak uang hanya untuk membangun server atau website sederhana (karena mereka tidak peduli dengan kerentanan pada website yang mereka kelola) dan kali ini saya berniat untuk menjual data valid dan dokumen penting dengan harga yang terjangkau. Karena polisi di Indonesia tidak lagi di jalur yang benar, tapi sering mempersulit dan menjatuhkan orang miskin," tulis Meki di thread-nya.

Rekomendasi