ERA.id - Safari politik PDI Perjuangan ke kediaman Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto diprediksi akan mengubah konfigurasi koalisi Gerindra-PKB, khususnya terkait pasangan calon presiden dan calon wakil presiden.
Beredar kabar, apabila PDIP bergabung dengan koalisi tersebut, maka posisi PKB bisa tergeser.
Menanggapi kabar tersebut, Ketua Umum PKB Muhamin Iskandar hanya menjawab santai. Dia mengibaratkan koalisi Gerindra-PKB seperti sepasang kekasih. Layaknya orang pacaran lalu ada yang menggoda itu merupakan hal yang wajar.
"Ini kan (ibarat) pacaran dan lamaran, kira-kira begitu. Ketika kita lagi pacaran, ada yang goda-godain ya biasalah," kata Muhaimin di kawasan Senayan, Jakarta, Rabu (7/9/2022).
Lagipula menurut Muhaimin, pendaftaran pasangan capres-cawapres ke KPU masih cukup lama. Artinya, masih cukup waktu untuk mendiskusikan soal pasangan yang hendak diusung.
Muhaimin mengatakan, sebelum pendaftaran ke KPU, tak ada yang bisa memastikan siapa pasangan capres-cawapres yang akan dimajukan.
"Ini kan masih panjang ya, satu tahun. Saling mempengaruhi itu biasa, siapa tahu kan masih panjang. Jadi, sebelum kita daftar ke KPU ya kita enggak tahu apakah saya dengan Pak Prabowo atau Pak Prabowo dengan saya," kata Muhaimin.
Meski begitu, PKB menyambut positif jika PDIP akhirnya bergabung ke dalam koalisi bersama Gerindra. Namun, untuk urusan pasangan capres-cawapres tetap harus dibicarakan bersama-sama lebih dulu.
"Kita sangat senang (PDIP gabung koalisi), itu komposisi yang bagus, tapi tentu harus dibahas lagi detailnya. Tentu komposisi capres-cawapres harus didiskusikan," kata Muhaimin.
Gerindra Wajibkan PDIP Izin PKB Jika Ingin Ambil Posisi Cawapres
Dalam pertemuan PDIP dengan Gerindra akhir pekan lalu di Bukit Hambalang, Sentul, Jawa Barat, Puan Maharani membuka peluang berduet dengan Prabowo Subianto di Pilpres 2024.
Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Desmond J. Mahesa mengingatkan PDIP untuk meminta izin dari PKB jika ingin mengambil alih posisi cawapres.
Menurut Desmond, jika Puan ingin menjadi cawapres mendampingi Prabowo di Pilpres 2024, maka harus atas seizin Muhaimin. Sebab, tidak mungkin Partai Gerindra mengkhianati PKB yang sudah lebih dulu berkoalisi.
"Mau enggak Pak Muhaimin mengalah? Masa Muhaimin yang sudah temen bagus tiba-tiba Puan dateng geser Muhaimin, kalau Muhaimin mau boleh lah," kata Desmond.
Namun, menurut pendapatnya, dia lebih setuju jika Prabowo berpasangan dengan Muhaimin ketimbang dengan Puan di Pilpres 2024.
"Saya lebih setuju sama Muhaimin daripada Puan ya," kata Desmond.
Di sisi lain, Gerindra menolak keras jika PDIP bergabung hanya untuk mengakomodasi Puan sebagai capres. Bagi Gerindra, mencalonkan Prabowo sebagai presiden di Pilpres 2024 adalah harga mati. Desmond mengatakan, Puan hanya bermimpi bila meminta Prabowo menjadi wakilnya.
"Kita sudah harga mati. Kenapa? Semua DPD mengharapkan pak Prabowo jadi presiden dan beliau bersedia. Tiba-tiba Puan mengajak beliau jadi wakil. Ya mimpi apa Puan?" kata Desmond.
PDIP Bantah Puan Tawarkan Paket Capres-Cawapres ke Prabowo
Sementara PDIP membantah Puan menawarkan paket capres-cawapres kepada Prabowo. Pertemuan Ketua DPR RI dan Menteri Pertahanan itu diyakini hanya sebatas silaturahmi.
"Enggak. Sepengetahuan saya sih enggak, tapi saya juga enggak tahu. Kan ada empat mata tapi sepengetahuan saya enggak," kata Ketua Bappilu DPP PDIP Bambang Wuryanto.
"Karena lebih dalam pertemuan ini kalau mbak Puan kan dalam rangka silaturahmi," imbuhnya.