Wamenag Kenang Sosok Azyumardi Azra: Beliau Gigih Mengampanyekan Islam Moderat dan Islam Anti Kekerasan

| 20 Sep 2022 22:16
Wamenag Kenang Sosok Azyumardi Azra: Beliau Gigih Mengampanyekan Islam Moderat dan Islam Anti Kekerasan
Wamenag KH. Zainut tauhid Saadi saat menaburkan bunga di makam almarhum Azyumardi Azra di TMP Kalibata Jakarta (Kemenag)

ERA.id - Wakil Menteri Agama, Zainut Tauhid Saadi mengenang sosok almarhum Azyumardi Azra sebagai guru bangsa yang mencintai ilmu, peduli sosial dan rendah hati. 

"Prof. Azra menjadi ikon cendekiawan muslim yang selalu menginspirasi dengan pandangan moderat tentang keislaman dan Keindonesiaan," kata Zainut Tauhid Saadi dalam keterangannya di Jakarta Selasa (20/9/2022). 

Ia menuturkan, bangsa Indonesia merasa kehilangan putra terbaiknya. Tokoh cendekiawan muslim yang senyumnya khas dengan pembawaannya yang kalem dan sederhana itu. "Kini telah meninggalkan kita, tetapi saya percaya jejak legasinya akan terus dikenang oleh anak bangsa sepanjang masa," katanya.

Ia menuturkan, Prof. Azra juga aktif di Majelis Ulama Indonesia. Sebagai cendekiawan Muslim, posisinya di MUI menjadi salah satu pilar penyangga MUI karena sering disebutkan bahwa MUI itu wadah berhimpun para ulama, zu'ama dan cendekiawan Muslim. 

Tiga pilar tersebut yaitu, ulama mewakili masyarakat pesantren, zuama mewakili pemerintahan dan cendekiawan Muslim mewakili masyarakat akademisi. Jadi beliau mewakili para cendekiawan Muslim untuk memperkuat bangunan MUI dalam berkhidmad melayani umat, bangsa dan negara. 

"Saya menjadi saksi selama Prof. Azra aktif di MUI, beliau sangat gigih mengampanyekan Islam wasathiyah, Islam moderat dan Islam yang anti diskriminasi, perpecahan dan kekerasan," katanya. 

Selain sebagai akademisi, beliau juga  seorang aktivis organisasi, beliau banyak berkecimpung di berbagai organisasi, seperti KAHMI, Muhammadiyah, ICMI, MUI dan masih banyak lagi organisasi lain yang beliau ikuti. Yang menarik meskipun beliau sebagai tokoh Muhammadiyah tetapi beliau sangat gigih membela NU ketika diserang tentang gagasan mengampanyekan Islam Nusantara. 

Beliau mengatakan Islam di Indonesia merupakan Islam yang khas yang memilki karakter istimewa. Islam di Indonesia, merupakan Islam yang sempurna yang sudah teruji oleh sejarah. Bagimana Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai mengantikan agama besar sebelumnya yaitu hindu dan budha.

Bahkan dengan cerdas memberikan definisi Islam Nusantara sebagai berikut;

“Islam Nusantara adalah Islam distingtif sebagai hasil interaksi, kontekstualisasi, indigenisasi, dan vernakularisasi Islam universal dengan realitas sosial, budaya, dan agama di Indonesia. Ortodoksi Islam Nusantara (kalam Asy’ari, fiqih mazhab Syafi’i, dan tasawuf Ghazali) menumbuhkan karakter wasathiyah yang moderat dan toleran. Islam Nusantara yang kaya akan warisan Islam (Islamic Legacy) menjadi harapan renaisans peradaban Islam global.”  

Hal tersebut meneguhkan prinsip indepensi dan kemerdekaan beliau sebagai intelektual Muslim yang tidak terjebak pada egoisme kelompok yang sempit. Beliau bahkan dengan elegan menawarkan pemikiran baru tentang 'Islam Nusantara yang Berkemajuan' sebagai sebuah perkawinan gagasan antara konsep Islam Nusantara yang diusung oleh NU dan Islam Berkemajuan yang di usung oleh Muhammadiyah menjadi role model untuk membangun peradaban Islam di dunia global.

Lebih lanjut, Zainut juga bersyukur pernah menjadi mahasiswanya, setidaknya pernah mengikuti dua semester ketika mengambil program (S3) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, saat itu beliau menjabat sebagai Direktur Pascasarjana UIN Jakarta. 

"Kesan saya sebagai mahasiswa, beliau orangnya sangat disiplin, tegas dan kritis, beliau juga memiliki kemampuan menganalisis masalah yang sangat tajam sehingga ketika kita tidak memiliki argumentasi yang kuat pasti dibuat kedodoran menjawab semua pertanyaannya," katanya. 

Selain memiliki kedalaman ilmu, beliau juga memiliki perspektif yang sangat luas dalam melihat berbagai masalah. Beliau memiliki pemikiran yang sangat inklusif, moderat, seimbang dan selalu berpijak pada nilai-nilai kebenaran dan keadilan. 

Bahkan, ia menambahkan, beliau tidak segan memberikan kritik kepada siapa pun yang dinilai mengusik nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Hal tersebut tak lepas dari insting intelektualitasnya yang independen, kritis dan tajam.

"Saya sangat menikmati cara dan gaya beliau mengajar, tenang, datar, dingin tetapi kritis dan inspiratif," katanya. 

Rekomendasi