Rudal Hantam Polandia, Rupiah dan IHSG Terpuruk, Emas Kian Bersinar

| 16 Nov 2022 21:13
Rudal Hantam Polandia, Rupiah dan IHSG Terpuruk, Emas Kian Bersinar
Ilustrasi (Antara)

ERA.id - Sebuah rudal menghantam negara anggota NATO, Polandia, pada Selasa (16/11/2022). Sebanyak dua orang dilaporkan tewas setelah rudal itu meledak di Przewodow, berjarak 6 km (3,5 mil) dari perbatasan dengan Ukraina.

Ledakan rudal tersebut kian memicu pelaku pasar yang sebenarnya masih belum sepenuhnya nyaman dengan perkembangan geopolitik saat ini. Terbaru, kinerja pasar keuangan kian terpuruk meski inflasi Amerika Serikat (AS) sempat melandai dan menjadi katalis bagi penguatan banyak mata uang di dunia mau pun penguatan pada indeks saham global.

Kendati, belakangan justru berbalik arah dengan tekanan yang cukup signifikan. Mata uang rupiah yang pada awal pekan ini sempat menguat dan mendekati Rp15.450, namun pada perdagangan sore ini berbalik melemah dan ditransaksikan dikisaran level Rp15.600an per US Dolar.

Ekonom dari Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) Benjamin Gunawan mengatakan pelemahan tidak hanya terjadi pada rupiah mau pun indeks harga saham gabungan (IHSG). Benjamin menyebut sejumlah mata uang negara lain juga mengalami pelemahan terhadap US Dolar.

Dia menambahkan pelemahan itu salah satunya dipicu pernyataan Presiden Bank Sentral AS Atlanta yang menyebut bahwa hanya sedikit bukti kebijakan pengetatan moneter The FED telah menurunkan inflasi.

"Padahal di sisi lainnya, USD Index yang kerap menjadi tolak ukur kinerja mata uang US Dolar belum memberikan pengaruh besar bagi pelemahan US Dolar. Padahal saat ini USD Index berada di level 106.4 yang berarti lebih rendah jika dibandingkan dengan minggu lalu di mana USD index yang sempat berada di atas level 107," katanya kepada ERA.id.

Meski begitu, Benjamin mengatakan melemahnya USD Index juga tidak banyak mengubah situasi pada rupiah yang justru mengalami tekanan yang sangat besar. Bahkan, kata dia, data neraca perdagangan RI yang surplus $5.67 milyar juga tidak banyak menolong mata uang rupiah.

"Padahal realisasi neraca dagang RI pada bulan Oktober justru lebih besar dari ekspektasi sebelumnya dikisaran $4.5 milyar. Saya menilai sejak data inflasi AS melandai di akhir pekan, mata uang US Dolar pada dasarnya belum memiliki kesempatan untuk menguat lebih jauh," ujarnya.

"Dan sejauh ini tekanan di pasar keuangan kita baik itu IHSG maupun rupiah saya nilai lebih dikarenakan pernyataan Hawkish The FED baru-baru ini IHSG sendiri melemah 0.3% di level 7.014,38," tambah Benjamin.

Benjamin menyebut di sisi lain tekanan yang terjadi pada mata uang rupiah menjelang keputusan bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI 7 Days Repo Rate. Menurutnya hal itu seakan memberi gambaran bahwa pasar lebih mengharapkan adanya kenaikan BI Rate lagi pada bulan ini.

"Saya menilai tekanan pasar saat ini sangat terlihat, padahal sejatinya pasar keuangan kita masih dinaungi banyak sentimen positif. Walaupun pada perdagangan hari ini gejolak pasar kian menjadi-jadi setelah rudal menghantam wilayah Polandia yang juga merupakan negara anggota NATO. Pasar sejauh ini masih menanti hasil investigasi resmi terkait dengan hantaman rudal tersebut," terangnya.

Sementara itu, harga emas saat ini ditransaksikan di level $1.777 per ons troy atau sekira Rp894 ribu per gram.

Benjamin mengatakan harga emas tercatat terus mengalami penguatan tajam pada pekan ini.

"Walau demikian, pelaku pasar masih belum sepenuhnya nyaman dengan perkembangan geopolitik terbaru. Karena rudal tersebut bisa saja menjadi awal perang yang lebih luas lagi," pungkasnya.

Rekomendasi