ERA.id - Gubernur sekaligus raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan hamengku Buwono X, yakin letusan Gunung Merapi kali ini tak bakal sebesar erupsi pada 2010. Menurutnya, letusaan saat ini hanya untuk menutup lubang tambang di kawasan Merapi.
“Ndak akan meletus seperti dulu. Yang penting ngebaki (memenuhi) yang dirusak karena ditambang,” ujar Sultan, Sabtu (11/3/2023).
Ia yakin bahwa setelah material letusan ini memenuhi lubang bekas tambang, erupsi Merapi saat ini akan setop dengan sendirinya. "Kalau yang berlubang-lubang itu sudah tertutup, kan berhenti sendiri. Pokoke mung nggo ngebaki (pokoknya hanya untuk memenuhi lubang bekas tambang),” tuturnya.
Sultan percaya bahwa kondisi Merapi 2023 ini berbeda dengan saat letusan 2010 atau 13 tahun silam, sehingga tak akan terjadi erupsi bersifat eksplosif. “Enggak akan meletus, sudah berbeda. Kan sudah 10 tahun lebih,” ujarnya.
Menurutnya, erupsi Merapi merupakan suatu siklus. Setidaknya tiap empat tahun, Merapi mengalami erupsi dengan memuntahkan materialnya.
Namun, kata Sultan, dampaknya hanya akan berada di kawasan 1-2 kilometer dari puncak. “Ini hanya sampai di atas saja. Sekarang memang harus keluar, ya nyembur,” kata dia.
Sebelumnya BPPTKG menyatakan sejak jam 12.12 WIB Sabtu (11/3/2023) mengalami rentetan erupsi dengan mengeluarkan awan panas guguran. Zona bahaya telah ditetapkan sejauh 7 kilometer dari puncak.
Pada Sabtu itu pada jam 00.00-24.00 WIB tercatat terjadi 41 kali awan panas guguran dengan jarak luncur maksimum 4 km ke barat daya. Pada Minggu (12/3/2023) pagi ini, awan panas guguran juga meluncur sebanyak lima kali, yakni pada jam 01.11, 05.22, 07.04, 07.08, dan 07.56 WIB.
Warga diminta menghentikan segala aktivitas di kawasan zona bahaya Merapi. Pemda di 4 kabupaten juga diminta melakukan upaya mitigasi terhadap ancaman erupsi selanjutnya.