ERA.id - Pakar Politik dari Universitas Andalas (Unand) Sumatera Barat, Prof Asrinaldi mengatakan budaya patriarki atau perilaku mengutamakan laki-laki daripada perempuan, masih memengaruhi posisi tawar perempuan dalam penentuan calon wakil Presiden (cawapres) 2024.
"Ini juga terkait dengan perilaku masyarakat, ada pola pikir masyarakat yang patriarki," kata pakar politik sekaligus Guru Besar Unand, Prof Asrinaldi di Padang, Senin kemarin.
Ia menjelaskan budaya patriarki tersebut merujuk cara pandang masyarakat yang pada dasarnya melihat posisi perempuan sudah bagus, namun apabila ada calon atau alternatif lain (calon laki-laki), maka pilihan jatuh pada kaum laki-laki.
Misalnya, apabila Prabowo Subianto berpasangan dengan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, maka secara elektoral belum tentu membawa dampak keuntungan bagi Menteri Pertahanan tersebut.
Sebab, jika ada pasangan lain seperti Sandiaga Uno berpasangan dengan Menteri BUMN Erick Thohir, maka diyakini masyarakat akan lebih cenderung memilih duet dua menteri tersebut.
Bahkan, Asrinaldi berpandangan pemilih perempuan juga belum tentu memberikan hak suaranya kepada Gubernur Jawa Timur tersebut dikarenakan efek budaya patriarki yang selama ini sudah mengakar di masyarakat.
"Jadi, alternatif pasangan (laki-laki dan perempuan) menjadi semacam pertaruhan juga," jelas dia.
Selain budaya patriarki, akademisi kelahiran Solok 13 September 1973 tersebut mengatakan minimnya tokoh perempuan yang memiliki nilai tawar tinggi (elektabilitas) untuk Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, juga menjadi faktor yang mempengaruhi kursi cawapres.
Untuk diketahui, pendaftaran bakal calon Presiden dan wakil Presiden dijadwalkan pada 19 Oktober 2023 sampai dengan 25 November 2023.