Jokowi soal Pilpres 2024: Bapak Seganteng Apapun kalau Rakyat Tak Senang, Gimana?

| 02 Nov 2023 14:45
Jokowi soal Pilpres 2024: Bapak Seganteng Apapun kalau Rakyat Tak Senang, Gimana?
Presiden Jokowi (Setkab)

ERA.id - Presiden Jokowi menekankan perbedaan pilihan dalam pemilu adalah hal yang wajar, sehingga menurutnya yang terpenting semua dapat kompak dan bersatu kembali usai kontestasi demi bangsa dan negara.

“Yang paling penting kita berharap semua setelah bertanding kompak lagi bersatu lagi untuk negara dan bangsa yang kita cintai,” kata Jokowi dalam sambutannya pada acara Kompas 100 CEO Forum di Kawasan Ibu Kota Nusantara di Kalimantan Timur, Kamis (2/11/2023), sebagaimana disaksikan melalui tayangan video.

Jokowi awalnya menjawab kekhawatiran dunia usaha atas pembangunan IKN yang akan terpengaruh oleh pemilu dan adanya kepemimpinan baru. Dia mengatakan IKN adalah investasi untuk masa depan bangsa dan keberlanjutan Indonesia.

“Jadi kalau masih ada khawatir-khawatir apa gitu lho. ‘Pak nanti nggak dilanjutkan’. Lah ini undang-undangnya sudah ada. Undang-undangnya didukung 93 persen fraksi partai-partai di DPR. Apa lagi? Takut apa lagi? Takut pemilu?” kata Jokowi.

Dia menekankan Indonesia sudah menjalani beberapa kali pemilu langsung yakni pada 2009, 2014, dan 2019. Menurutnya wajar pemilu agak panas sedikit.

“Pemilu anget-anget dikit, agak panas kan nggak apa-apa. Yang penting bapak-ibu jangan beli kipas, ngipasin. Atau ibu-ibu beli kompor, manasin. Kita ini saya lihat sudah semakin dewasa dalam berdemokrasi. Perbedaan itu biasa. Beda pilihan biasa gitu loh,” tegasnya.

Dia menyampaikan bahwa pilihan dan kedaulatan ada di tangan rakyat. Sehingga seperti apapun juga para kontestan yang ada, pilihan akan berakhir di tangan rakyat.

“Yang milih semuanya kan rakyat, kedaulatan ada di tangan rakyat, bapak se-ganteng apapun kalau rakyat nggak senang gimana? Senangnya yang ndeso-ndeso kayak saya ini. Pilihan rakyat dan persaingan dalam kompetisi dalam pemilu biasa-biasa saja. Nggak usah, bapak ibu ini kan biasa di bisnis, di ekonomi, nggak usahlah belajar jadi politikus, mengomentari, malah bisa keliru,” kata dia.

Rekomendasi