ERA.id - Calon Presiden (Capres) nomor urut tiga, Ganjar Pranowo buka-bukaan alasannya mengutip pernyataan Presiden Joko Widodo soal jangan pilih pemimpin yang diktator dan punya catatan pelanggaran hak asasi manusia (HAM). Hal itu disampaikan dalam pernyataan penutup saat debat Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 kelima pada Minggu (4/2).
Dia mengaku, bukan tanpa sengaja mengutip pernyataan itu. Tujuannya hanya sekadar mengingatkan, agar tak pendek ingatan.
"Saya sebenarnya mengutip saja. Maksud saya, gini, agar kita tidak pendek ingatan. Kita jangan mudah lupa. Jangan amnesia dan ada fakta, ada jejak digital," kata Ganjar dikutip dari podcast 'Speak Up' bersama eks Ketua KPK Abraham Samad, Jumat (9/2/2024).
Dia menekankan, seharusnya pernyataan itu karena orang berbuat harusnya sesuai antara perkataan dan pikirannya.
“Kalau bahasa kampung kami, ya, jangan ‘isuk dele, sore tempe (pagi kedelai, sore tempe). Malamnya apa, pak? Tempe bosok (busuk),” tegasnya.
“Jangan sampai begitu. Saya hanya mengingatkan dan saya mengutip bahwa pernah loh, suatu ketika Presiden Joko Widodo dalam debat capres 2019 menyoroti pentingnya menghindari calon pemimpin yang memiliki rekam jejak pelanggaran HAM, otoriter, kekerasan atau korupsi,” sambung eks Gubernur Jawa Tengah tersebut.
Alih-alih memilih capres seperti yang disebutkan di atas, Ganjar berharap masyarakat berbuat sebaliknya pada saat 14 Februari mendatang atau ketika pencoblosan.
“Sebaiknya memilih pemimpin yang memiliki integritas, komitmen terhadap demokrasi,” pungkasnya.