ERA.id - Pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 1, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar memilih Jakarta International Stadium (JIS) sebagai lokasi kampanye akbar Pilpres 2024. Namun, sejumlah kendala dan ketidaknyamanan terjadi selama pelaksanaan kampanye pamungkas tersebut.
Berdasarkan pantauan Era di lapangan, ketidaknyamanan itu sudah dirasakan sejak menuju area JIS. Sekitar pukul 05.30 WIB, arus lalu lintas di sekitar stadion tersebut mulai terhambat karena padatnya kendaraan bermotor milik massa pendukung AMIN yang terparkir di pinggir jalan.
Akibatnya, kemacetan tak terhindarkan hingga akhirnya banyak orang yang memilih untuk berjalan kaki menuju JIS. Jarak yang ditempuh pun cukup jauh, sekitar 3 kilometer.
Meski sudah memilih berjalan kaki, perjalanan ke JIS tetap terbilang tak mudah. Padatnya warga dan kendaraan bermotor yang berhenti karena terjebak macet, tak jarang membuat langkah para pejalan kaki terhenti.
Bahkan, di beberapa titik tertentu, masyarakat harus berdesak-desakkan. Belum lagi, kondisi jalanan yang becek dan berlumpur lantaran Jakarta sempat diguyur hujan pada dini hari tadi.
Butuh waktu setidaknya satu jam lebih berjalan kaki untuk tiba di gerbang masuk JIS. Perjuangan pun masih terus berlanjut.
Massa yang hadir tampak kebingungan mencari pintu masuk ke area tribun maupun lapangan utama JIS, termasuk para jurnalis yang hendak meliput kampanye akbar tersebut. Sebab, sejumlah pintu masuk telah ditutup dengan alasan kapasitasnya telah penuh terisi.
Para wartawan yang hadir pun sempat kesulitan menemukan lokasi yang menjadi pusat media atau media center karena petugas yang berjaga juga tampak kebingungan. Padahal, jurnalis telah dilengkapi dengan kartu tanda pengenal khusus yang disediakan oleh tim panitia sejak jauh hari.
Namun, kartu tersebut seolah tidak memiliki fungsi apa-apa. Sebab, tidak ada akses maupun arahan bagi para wartawan untuk menuju tempat peliputan.
Alhasil, para wartawan menunggu atau stand by di ruang tunggu VVIP dan diikuti sejumlah relawan. Kondisi ruangan yang cukup penuh itu sempat agak menghambat kinerja jurnalis. Terutama ketika Anies dan Muhaimin memasuki ruangan tersebut pada waktu yang berbeda. Muhaimin tiba lebih dulu dibandingkan Anies.
Para awak media yang sedaritadi sudah menunggu kedatangan dua tokoh utama itu bermaksud melakukan wawancara. Namun, relawan yang turut hadir justru berdesak-desakan di sekitar Anies dan Muhaimin untuk sekadar menyalami hingga berfoto bersama. Adu mulut pun sempat terjadi, tapi beruntungnya tidak berakhir ricuh.
Selain sulitnya akses, ada kendala lain yang dialami publik, yaitu hilangnya sinyal telepon seluler. Bukan hanya sinyal internet, bahkan tak jarang sinyal di sana hilang sama sekali. Sehingga tidak bisa melakukan panggilan telepon maupun SMS.
Fasilitas wifi pun tidak tersedia di JIS. Hal ini tentu menghambat awak media dalam mengirimkan atau menyiarkan berita mengenai kampanye akbar AMIN.
Menanggapi berbagai kendala itu, Anies berjanji akan melakukan pengecekan. Khususnya terkait kendala jaringan telekomunikasi.
"Bila itu persoalannya ada di EO (event organizer), maka EO yang harus bertanggungjawab, EO yang perlu ditegur. Bila persoalannya ada di pihak ketiga yang tidak kita kenal yang kemudian menginterupsi, kami akan laporkan juga. Dan kalau masalahnya ada di pihak luar lagi yang barangkali terkait instalasi, nanti akan kami laporkan," kata Anies.
"Saya minta untuk investigasi karena kegiatan ini bukan untuk kegiatan yang ada di dalam JIS saja, tapi untuk seluruh rakyat Indonesia termasuk teman-teman yang mengirimkan ini semuanya. Jadi teman-teman tidak bisa menjalankan tugasnya selama beberapa jam dan itu merugikan," sambungnya.