ERA.id - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Banjarnegara bersama Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banjarnegara dan organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam akan melakukan pengamanan hilal awal Ramadan 1445 Hijriah pada Ahad sore.
Dalam keterangan tertulis yang diterima di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Minggu, Kepala BMKG Stasiun Geofisika Banjarnegara Hery Susanto Wibowo mengatakan pengamatan hilal akan dilakukan di Lapangan Tembak, Desa Kebutuhjurang, Kecamatan Pagedongan, Banjarnegara, Jateng.
"Pengamatan hilal akan dilakukan dengan detail sebagai berikut, waktu terbenam matahari pukul 17.56.47 WIB, waktu terbenam bulan pukul 18.01.18 WIB, lag (selisih waktu terbenam matahari dan terbenam bulan) 4 menit 52 detik, azimut matahari 266 derajat, azimut bulan 264 derajat, dan tinggi hilal 0,68 derajat," katanya.
Lebih lanjut, dia mengatakan pengamatan hilal tersebut didasari oleh salah satu kalender yang digunakan manusia dalam pengaturan waktu sehari-hari, yakni kalender komariah (kalender Hijriyah) yang didasarkan pada keteraturan peredaran bulan dalam mengelilingi bumi, dan bumi bersama bulan dalam mengelilingi matahari.
Menurut dia, penentuan awal bulan pada kalender Hijriyah sangat penting bagi umat Islam karena berhubungan dengan waktu ibadah, terutama bulan Ramadhan, Syawal dan Zulhijah.
"BMKG sebagai institusi pemerintah yang salah satu tugas pokok dan fungsinya adalah memberikan pelayanan tanda waktu dan posisi bulan dan matahari. BMKG memberikan pertimbangan secara ilmiah kepada pemangku kepentingan seperti Kementerian Agama dan sebagainya dalam penentuan awal bulan pada kalender Hijriyah," katanya.
Di samping memberikan informasi data-data hilal hasil hisab (perhitungan, red.), kata dia, BMKG juga melaksanakan rukyat (observasi) hilal di 33 lokasi di Indonesia yang dapat disaksikan secara melalui kanal https://hilal.bmkg.go.id.
Dalam penentuan awal bulan Ramadan 1445 H, lanjut dia, BMKG menyampaikan informasi data-data hilal (hasil hisab) saat matahari terbenam, yang dapat digunakan juga dalam pelaksanaan rukyat hilal.
Ia mengatakan pengamatan hilal dilakukan saat waktu konjungsi atau ijtima’ yang merupakan peristiwa ketika bujur ekliptika bulan sama dengan bujur ekliptika matahari dengan pengamat diandaikan berada di pusat bumi.
"Peristiwa ini akan kembali terjadi pada hari Ahad (10/3), pukul 09.00.18 UTC atau pukul 16.00.18 WIB atau pukul 17.00.18 WITA atau pukul 18.00.18 WIT, yaitu saat nilai bujur ekliptika matahari dan bulan tepat sama 350,280 derajat," katanya menjelaskan.
Menurut dia, tinggi hilal merupakan besar sudut yang dinyatakan dari posisi proyeksi bulan di horizon teramati hingga ke posisi pusat piringan bulan berada.
Dalam hal ini, kata dia, tinggi hilal positif berarti hilal berada di atas horizon pada saat matahari terbenam, sedangkan tinggi hilal negatif berarti hilal berada di bawah horizon pada saat matahari terbenam.
"Ketinggian hilal di Indonesia saat matahari terbenam pada 10 Maret 2024 berkisar antara negatif 0,33 derajat di Jayapura, Papua, sampai dengan 0,87 derajat di Tua Pejat, Sumatera Barat. Hilal berpotensi teramati jika nilai kontras hilal lebih besar dari nol," kata Hery.*