Mahfud Sebut Koalisi Besar Tak Tutup Peluang Ada Oposisi

| 14 Mar 2024 22:43
Mahfud Sebut Koalisi Besar Tak Tutup Peluang Ada Oposisi
Cawapres nomor urut tiga, Mahfud MD. (Era.id/Gabriella Thesa)

ERA.id - Calon wakil presiden nomor urut 3, Mahfud MD merespons wacana pembentukan koalisi besar yang akan merangkul banyak partai politik ke dalam pemerintahan presiden dan wakil presiden terpilih. Menurut dia, usulan koalisi besar itu tak menutup peluang adanya kubu yang menjadi oposisi atau berada di luar pemerintah.

"Sejauh yang saya tangkap, koalisi besar tidak menutup peluang adanya oposisi membuat mayoritas yang sistemik," kata Mahfud kepada wartawan di Jakarta Selatan, Kamis (14/3/2024).

Meski demikian, Mahfud menyebut, keputusan akhir terbentuk atau tidaknya koalisi besar tersebut merupakan kewenangan pemerintah berikutnya. "Terserah ya pemerintah yang baru nanti," ujar dia.

"Apakah itu bagus atau tidak, nanti sambil diskusi menunggu perkembangan," sambungnya menjelaskan.

Sebelumnya, calon presiden nomor urut 1, Anies Rasyid Baswedan menilai, hampir tidak ada kubu oposisi yang bertahan dalam pemerintahan saat ini. Sebab, adanya tekanan terhadap pihak tersebut.

"Karena mendapatkan tekanan yang luar biasa untuk jadi oposisi itu akhirnya enggak kuat, karena enggak kuat akhirnya ikut di pemerintah," kata Anies, Rabu (13/3).

"Jadi sebenarnya oposisi itu dikasih ruang saja karena dia menjadi penyeimbang baik untuk semua. Tapi kalau oposisi ditekan-tekan itu enggak ada yang tahan tuh," sambungnya.

Padahal, menurut Anies, oposisi merupakan salah satu indikator yang menunjukkan berjalannya sistem demokrasi dan menjadi penyeimbang pemerintahan. Disamping itu, dia menyebut, indikator lainnya adalah kebebasan berekspresi dan pemilu yang jujur, bebas, dan adil.

Sebagai informasi, wacana pembentukan koalisi besar ini awalnya disampaikan oleh Ketua Institut Harkat Negeri (IHN), Sudirman Said.

Ia mengkhawatirkan kondisi bangsa yang akan terus rusak. Apalagi, dia mengaku telah mendengar adanya desas-desus skenario politik saat ini bakal diteruskan hingga 20-25 tahun ke depan.

Hal ini disampaikan Sudirman dalam diskusi publik bertajuk Rethinking Indonesia: Pemilu Terburuk dalam Sejarah Indonesia, Akankah Kita Terpuruk? yang digelar di Hotel Gradhika Iskandarsyah, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu (2/3).

"Katanya bisik-bisik di luar sudah ada yang membuat skenario bahwa keadaan ini akan berlangsung selama 20-25 tahun. Bahkan, sudah ada yang bisik-bisik sudah seluruh partai dimasukan saja dalam koalisi besar permanen jangka panjang tinggal satu atau dua ditinggalkan di luar ini," kata Sudirman.

Menurut Sudirman, skenario itu menujukkan itikad yang sangat buruk. Namun, dia menilai, hal tersebut akan menjadi berkah bagi penguasa.

"Ya memang bagi elit yang sekarang dalam kekuasaan dan mungkin juga akan melanjutkan bagi mereka satu berkah karena keleluasaannya akan berlanjut, tapi karena PR kita adalah soal keadilan sosial, soal penegakan hukum, maka hal-hal yang jadi PR kita tidak akan bisa diselesaikan," jelas dia.

Rekomendasi