ESDM: Mobil di Indonesia Kompatibel dengan Etanol hingga 20 Persen

| 07 Oct 2025 14:35
ESDM: Mobil di Indonesia Kompatibel dengan Etanol hingga 20 Persen
BBM mengandung etanol (ANTARA/Elnusa)

ERA.id - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menekankan mobil-mobil di Indonesia sudah terbiasa dengan kandungan etanol dalam bahan bakar minyak (BBM). Mesin mobil di Indonesia disebut sudah kompatibel dengan kandungan etanol BBM hingga 20 persen.

"Sebetulnya, mobil-mobil mau merek apa pun itu, sudah kompatibel dengan etanol. Secara teknis, secara kemampuan mesin, itu maksimal bisa 20 persen," ujar Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi, dikutip Antara, Selasa (7/10/2025).

Lalu, kata Eniya, Pertamina melalui produk Pertamax Green 95 melakukan uji coba pasar untuk bensin dengan kandungan etanol. Adapun bensin yang digunakan berbasis kepada Pertamax, karena Pertamax Green 95 merupakan BBM non-PSO atau penugasan pemerintah.

"Pertamax Green 95 itu, 5 persen (kandungan etanolnya), tetapi dipastikan suplainya dari dalam negeri, campurannya dipastikan 5 persen," tegasnya.

Meskipun mobil-mobil di Indonesia sudah kompatibel dengan kandungan etanol di dalam BBM hingga 20 persen, Indonesia masih menganut campuran etanol sebesar 5 persen.

Kebijakan tersebut disebabkan oleh pemerintah yang masih mempertimbangkan ketersediaan bahan baku etanol di dalam negeri, seperti jagung dan tebu.

Sedangkan, di negara-negara lain, kandungan etanol di dalam BBM sudah lumrah ditemukan, bahkan hingga 20 persen seperti di Amerika Serikat.

"Kalau kita mandatorikan (wajibkan), kami bingung sumber (etanolnya) di mana, karena Pak Menteri (Menteri ESDM Bahlil Lahadalia) nggak mau impor," jelasnya.

Lebih lanjut, Indonesia diperkirakan bisa memproduksi etanol sebesar 150-300 ribu kiloliter (kl) dari perkebunan tebu di Merauke, Papua Selatan.

Proyek pengembangan bioetanol merupakan salah satu turunan dari proyek utama pengembangan food estate yang menjadi fokus pemerintah, yakni perkebunan tebu seluas 500.000 hektare.

"Hitungannya masih dibicarakan. Intinya, di Papua, kalau tidak salah saya mendengarnya sih ada 150-300 ribu kl etanol per tahun," kata Eniya.

Kementerian ESDM menargetkan di Merauke mulai memproduksi bioetanol pada 2027, sebagai realisasi dari salah satu proyek utama pengembangan food estate.

Etanol yang dihasilkan dari perkebunan tebu di Merauke akan diolah menjadi bioetanol dalam rangka mereplikasi keberhasilan Brasil dalam memanfaatkan tebu untuk menjadi energi baru dan terbarukan, sebagai bentuk dari upaya transisi energi.

Rekomendasi