Beda Strategi Politik Era Dulu dan Kini

| 13 Aug 2020 21:35
Beda Strategi Politik Era Dulu dan Kini
Membangun Legacy: 10 P dalam Marketing Politik, Teori dan Praktik (IST)

ERA.id - Pendiri lembaga survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menyebut partai politik pada era lampau mengatur strategi untuk memenangi pemilihan umum (pemilu) bermodalkan insting dan pengalaman.

"Bulan Maret 2005 akan dikenang sebagai revolusi diam-diam dalam politik pemilu Indonesia," ujar Denny dalam pernyataan tertulisnya di Jakarta, Kamis.

Sebab, kata dia, sejak Maret 2005 parpol mulai menggunakan data, riset, lembaga survei dan konsultan politik untuk bertarung dalam pemilu atau pemilihan kepala daerah (pilkada).

Menurut Denny, saat itulah berakhirnya era politik tradisional, dan menjadi awal lahirnya politik era modern yang mengawinkan politik praktis dengan ilmu pengetahuan.

LSI Denny JA dan Partai Golkar mengklaim sebagai penggagas tradisi itu, yaitu tradisi digunakannya lembaga survei untuk menjaring kandidat. Denny mengisahkan momen itu dalam salah satu bab bukunya yang terbaru berjudul Membangun Legacy: 10 P dalam Marketing Politik, Teori dan Praktik yang terbit pada tahun ini.

Prinsip 10 P itu, yakni "Pro Innovation, Public Opinion, Polling, Product, Positioning, Profiling, Pull Marketing, Push Marketing, Post-Election dan Political Legacy."

Dikatakan Denny, seorang pemimpin tak cukup hanya menang pemilu dan menjadi pejabat, namun harus pula membuat "legacy", atau menyumbangkan "batu bata" bagi dinding pertumbuhan masyarakatnya.

"Saya menulis sebagai bagian dari derma, ingin Ikut membagikan pengetahuan dan pengalaman seluas mungkin kepada publik," pungkas Denny yang akan membagikan gratis bukunya dalam format PDF.

Berdasarkan pengalamannya ikut memenangkan SBY sebagai Presiden di tahun 2004, dan Partai Golkar juara kembali di tahun 2004, kemudian Denny melobi partai Golkar di tahun 2005 sehingga politik pemilu pun berubah.

"Untuk pertama kalinya, di tahun 2005 itu Partai Politik menanda tangani kerja sama dengan lembaga survei dan konsultan politik LSI Denny JA menjaring 200 calon kepala daerah untuk menghadapi pilkada langsung pertama di Indonesia," jelasnya.

Golkar saat itu diwakili Andi Matalata, disaksikan Ruly Chairul Azwar, sementara LSI diwakili Denny JA.

Selanjutnya, kata dia, tradisi partai politk menggunakan lembaga survei dominan hingga hari ini, dan kultur politik Indonesia pun berubah dengan lahirnya para profesional di bidang marketing politik.

Rekomendasi