ERA.id - Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) membantah sejumlah tudingan soal koalisi tersebut hanyalah orang-orang 'barisan sakit hati' karena kalah di Pilpres 2019 lalu. Ketua Komite Eksekutif 'KAMI' Ahmad Yani menegaskan tudingan tersebut tidak substantif dan tak beralasan.
Sebab, bukan mereka yang berkontestasi di Pilpres 2019 lalu, melainkan Ketua Umum Gerindra yang sekarang menjadi Menteri Pertahanan yaitu Prabowo Subianto.
"Siapa bilang kita termasuk orang barisan sakit hati, karena kita bukan kontestan. Yang kontestan kemarin itu kan Pak Prabowo," tegas Ahmad Yani saat dikonfirmasi, Rabu (19/8/2020).
Selain itu, dia juga menjelaskan, tidak semua anggota dan deklarator 'KAMI' adalah pendukung Prabowo-Sandi di Pilpres 2019. Contohnya, nama Chusnul Mariyah yang merupakan ASN, lalu ada pula pengusaha, buruh, dan mahasiswa.
"Memang kemarin ada relawan dari Pak Prabowo. Tapi kan mereka kan tidak menjadi barisan sakit hati. Apa yang sakit hati?" katanya.
Lebih lanjut, Ahmad Yani juga menegaskan 'KAMI' tidak akan merubah diri sebagai organisasi masyarakat (ormas) maupun organisasi politik (orpol). Hal tersebut merupakan kesepakatan mutlak dari para deklarator.
Alasannya, kata Ahmad Yani, dengan tidak menjadi Ormas ataupun Orpol, maka 'KAMI' tidak mungkin menjadi kendaraan politik bagi pihak-pihak tertentu.
"Kami tidak berpikir ke sana. Itu kan politik praktis. Kami sudah bersepakat, 'KAMI' tidak akan menjelma menjadi Ormas maupun Orpol," ucapnya.
Ditegaskan Ahmad Yani, lahir sebagai sebuah gerakan politik moral, dan tak ada niatan untuk ikut Pemilu 2024. Gerakan KAMI sebagai bentuk kekecewaan atas buruknya kinerja penyelenggara negara, terkhusus dalam masa pandemi COVID-19.
"Kita enggak usah jauh-jauh 2024 masih jauh. Sekarang ini kondisi masyarakat yang kita mau bantu menyelamatkan, bagaimana kita menghadapi COVID-19 ini. Kalau kita bisa keluar ya alhamdulillah bersyukur kita," katanya.
Dia menambahkan, 'KAMI' justru hadir untuk membantu pemerintah dalam mengkanalisasi masyarakat yang sudah tak lagi percaya dengan pemerintah maupun DPR RI.
"Justru kita ini membantu pemerintah, membantu DPR untuk mengkanalisiasi mereka suapaya mereka ada salurannya. Karena mereka sudah ga percaya sekarang sama DPR. Karena ketidak percayaan itulah maka 'KAMI' lahir," pungkasnya.