ERA.id - Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra, Fadli Zon berkomentar soal rencana Kemendikbud yang akan melakukan penyederhanaan kurikulum. Diantaranya soal penghapusan mata pelajaran sejarah dari SMK dan pelajaran pilihan bagi SMA.
"Meskipun baru berupa wacana, munculnya rencana penghapusan mata pelajaran sejarah sangatlah tidak tepat. Sebab, pendidikan sejarah merupakan instrumen pembentukan jati diri, identitas, serta memori kolektif kita sebagai bangsa. Sehingga, rencana penghapusan itu harus dibatalkan," cuit Fadli melalui akun twitter @fadlizon, Senin (21/9/2020).
Menurutnya, secara normatif, kebijakan ini sangat bertentangan dengan semangat dan tujuan pendidikan nasional. Disebutkan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.
"Nilai-nilai itu sejatinya terangkum di dalam pendidikan sejarah. 'Historia magistra vitae', sejarah adalah guru kehidupan," katanya.
Fadli meminta agar kemendikbud berhati-hati dalam merancang penyederhanaan kurikulum ini. Meski begitu, ia melihat Indonesia memang perlu mendukung penyederhanaan kurikulum, agar tak terlalu membebani siswa, selain juga agar lebih adaptif terhadap kondisi kekinian.
"Namun, di subyek mana penyederhanaan itu harus dilakukan, saya kira ini harus didiskusikan secara luas dan mendalam terlebih dahulu," kata Fadli.
Menurutnya, soal strategis seperti penyederhanaan kurikulum ini memang tak sepantasnya didiskusikan diam-diam dan instan. Semuanya harus dilakukan terbuka. Apalagi 'stakeholder' pendidikan di Indonesia sangat banyak.
"Kita semua berkepentingan, mau dibawa kemana pendidikan kita?" katanya.