ERA.id - Indonesia kembali kehilangan tenaga kesehatan akibat pandemi COVID-19. Terakhir, pada Sabtu (3/10/2020), Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) melaporkan ada tiga dokter yang wafat akibat infeksi virus korona baru, sehingga total dokter yang telah meninggal saat bertugas di masa pandemi ini adalah 130 orang.
Secara gender, dari 130 dokter yang telah wafat, 110 dokter atau 84,6 persen adalah dokter laki-laki, sementara 20 dokter atau 15,4 persen adalah dokter perempuan.
Menurut sebaran wilayah provinsi tempat para dokter berkarya, para dokter yang telah wafat karena COVID-19 itu berada di 18 provinsi. Hal ini antara lain adalah masing-masing 1 dokter di Sulawesi Utara, Banten dan Papua Barat, masing-masing 2 dokter di Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Daerah Istimewa Yogyakarta, masing-masing 3 dokter di Riau dan Kalimantan Timur, masing-masing 4 dokter di Aceh, Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan, 5 di Bali, 6 di Sulawesi Selatan, 9 di Jawa Tengah, 11 di Jawa Barat, 19 di DKI Jakarta, 22 di Sumatera Utara dan 31 dokter di Jawa Timur.
Sementara itu, berdasarkan profesi kedokterannya, dari total 130 dokter yang meninggal tersebut, 67 di antaranya dokter umum, termasuk 4 guru besar di dalamnya, dokter spesialis sebanyak 61 dengan 5 guru besar telah termasuk di dalamnya dan 2 residen.
Kemudian, berdasarkan data kematian per bulan, dari 130 dokter tersebut 12 dokter di antaranya meninggal pada Maret, 13 dokter pada April, 6 dokter pada Mei, 10 dokter pada Juni, 29 dokter pada Juli, 32 dokter pada Agustus, 25 dokter pada September dan 3 dokter yang meninggal pada Oktober.
"Kehilangan para tenaga kesehatan merupakan kerugian besar bagi sebuah bangsa terutama dalam mempertahankan dan pengembangan aspek kesehatan," kata dr Ari Kusuma, SpOG(K) - Wakil Ketua Tim Mitigasi PB IDI.
Dr Kusuma menjelaskan bahwa sebelum pandemi COVID-19, jumlah tenaga kesehatan, terutama dokter, di Indonesia sudah termasuk yang terendah di Asia dan dunia. Rata-rata satu dokter diestimasikan melayani 3.000 masyarakat di Indonesia.
"Dengan banyaknya korban dari pihak tenaga kesehatan saat ini, maka kedepannya layanan kesehatan pada pasien baik covid maupun non covid akan terganggu karena kurangnya tenaga medis," kata dr. Kusuma