Tim Editor
ERA.id - Aktivitas seekor induk Harimau Sumatera dengan tiga ekor anaknya tertangkap kamera trap yang dipasang oleh tim pemantau Harimau Sumatera (Phantera Tigris Sumatrae) di kawasan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT).
Hal itu pun menjadi kabar baik bagi TNBP yang mengindikasikan bahwa daya dukung kawasan tersebut sebagai habitat Harimau Sumatera masih cukup baik.
"Mengindikasikan bahwa daya dukung kawasan TNBT sebagai habitat Harimau Sumatera masih cukup baik sehingga mampu mendukung proses reproduksi dan pertumbuhan populasi kedepan. Alhamdulillah," kata Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar dalam keterangan resminya yang diterima ERA.id, Jumat (9/10/2020).
Kabar baik dari Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT). Dari hasil pencermatan kamera trap, terekam Harimau Sumatera beserta 3 ekor anaknya.
Petugas juga menemukan mangsa Harimau Sumatera yang masih berdarah segar (baru saja mati diburu) pada saat pengambilan data kamera trap. pic.twitter.com/Kd58PXRRtB
— Siti Nurbaya Bakar (@SitiNurbayaLHK) October 9, 2020
Tak hanya mengabadikan aktivitas hewan karnivora tersebut, petugas juga menemukan mangsa Harimau Sumatera yang masih berdarah segar (baru saja mati diburu) pada saat pengambilan data kamera trap.
TNBT secara intensif telah melakukan pemantauan Harimau Sumatera di Site Monitoring Harimau Sumatera sejak tahun 2015.
Pada tahun 2020 area pemantauan diperluas sehingga pemasangan kamera trap dilaksanakan di setiap resort dengan mengambil lokasi yang diidentifikasi merupakan areal jelajah Harimau Sumatera.
"Sehat selalu untuk anak-anak Harimau Sumatera. Mari kita sayangi habitat mereka. Jaga Harimau Sumatera, menjaga Indonesia." kata Menteri Siti Nurbaya.
Untuk diketahui, TNBT memiliki luas 144.223 hektare. Taman Nasional yang berada di Riau dan Jambi ini juga merupakan tempat hidup Suku Talang Mamak di 9 dusun, sebanyak 336 kepala keluarga yang kehidupannya masih sangat bergantung pada sumber daya hutan.
Areal kelola masyarakat ini, pada tahun 2016 telah dimasukkan ke dalam Zona Tradisional (4.870 Ha), dengan tujuan, untuk melindungi akses mereka memperoleh berbagai jenis hasil hutan bukan kayu. Mereka juga menjadi bagian dari mitra utama Balai TNBT yang terus diberdayakan.
