ERA.id - Tengku Zulkarnain menghormati hasil Munas Majelis Ulama Indonesia yang tidak menempatkan dirinya dalam jajaran pengurus periode 2020-2025. Dia merasa kesempatan yang diberikan sebelumnya sudah cukup.
"Harus ada regenerasi. Kalau saya merasa cukuplah, 10 tahun jadi wasekjen sudah cukup lama. Jadi saya pikir cukuplah. Apalagi saya kan tidak dari organisasi besar awalnya seperti MUI dan Muhammadiyah," kata Tengku Zul kepada wartawan, Jumat (27/11/2020).
Justru selepas tidak menjabat pengurus di MUI, Tengku Zul akan lebih dapat fokus pada kegiatan keagamaan seperti berdakwah di tengah masyarakat hingga mengurus pondok pesantren.
"Saya bisa konsentrasi ke yang lainlah, ngurus pesantren saya dan lain-lain. Terus dakwah lagi dengan jemaah tablig, bisa keliling dunia. Ini kan suatu kegembiraan besar juga bagi saya," tutur Tengku Zul.
Pendakwah berdarah Melayu Deli dan Riau itu berharap MUI tetap bersikap kritis kepada pemerintah. Terutama jika melahirkan kebijakan yang tidak berpihak pada masyarakat.
Kami mengucapkan selamat kepada pengurus MUI priode tahun 2020-2025 semoga MUI ke depan semakin baik dan jaya. Tetap kritis terhadap kebijaksanaan Pemerintah yg dinilai kurang pro rakyat dan umat.
Selamat bekerja dan semakin sukses.
Amin...
(Tengku Zulkarnain)
— tengkuzulkarnain (@ustadtengkuzul) November 27, 2020
"Cuma kita berharap, ke depan MUI tetap kritis terhadap kebijakan pemerintah yang dianggap tidak pro rakyat. Itu saja harapan saya," jelas Tengku Zul.
Pria kelahiran Medan 14 Agustus 1963 itu menjabat sebagai wakil sekretaris jenderal bidang dakwah dan pengembangan masyarakat MUI pada periode 2015-2020. Tengku Zul juga aktif sebagai ketua Majelis Fatwa untuk PP Mathla'ul Anwar, sebuah organisasi berfokus pada pendidikan Islam.
Musyawarah Nasional X MUI menetapkan Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar sebagai ketua umum yang baru menggantikan KH Ma'ruf Amin yang kini menjabat wapres RI.