ERA.id - Bank Indonesia (BI) mengumumkan data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal IV-2020 sekaligus keseluruhan 2020. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Indonesia Januari 2021 kembali mencatat surplus sebesar 1,96 miliar dolar AS.
Namun, angka di atas menurun dibandingkan dengan surplus bulan sebelumnya sebesar 2,1 miliar dolar AS. Neraca perdagangan Indonesia telah berturut-turut mengalami surplus sejak Mei 2020.
Pada kuartal IV-2020, transaksi berjalan (current account) membukukan surplus US$ 0,8 miliar atau setara 0,3 persen dari Produk Domestik Bruto. Lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu surplus US$ 1 miliar atau 0,4 persen PDB.
"Dengan langkah stabilisasi dan penguatan bauran kebijakan Bank Indonesia, dan koordinasi erat dengan Pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik tetap terjaga. Ke depan, Bank Indonesia senantiasa mencermati dinamika perekonomian global yang dapat memengaruhi prospek NPI dan terus memperkuat bauran kebijakan guna menjaga stabilitas perekonomian, serta memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas terkait guna mendukung ketahanan sektor eksternal," sebut keterangan tertulis BI, Jumat (19/2/2021).
Surplus neraca perdagangan Januari 2021 dipengaruhi oleh surplus neraca perdagangan nonmigas yang berlanjut. Pada Januari 2021, surplus neraca perdagangan nonmigas meningkat menjadi 2,63 miliar dolar AS, lebih tinggi dari surplus Desember 2020 sebesar 2,56 miliar dolar AS.
Perkembangan itu dipengaruhi oleh ekspor yang meningkat sebesar 15,30 miliar dolar AS, meskipun lebih rendah dari peningkatan ekspor bulan sebelumnya sebesar 16,54 miliar dolar AS.
Ekspor komoditas berbasis sumber daya alam, seperti CPO, batubara, dan bijih logam tercatat membaik, di tengah penurunan ekspor sejumlah produk manufaktur. Sementara itu, impor nonmigas menurun pada seluruh komponen, terutama dipengaruhi permintaan domestik yang belum kuat.
Adapun, defisit neraca perdagangan migas sedikit meningkat dari 0,46 miliar dolar AS pada Desember 2020 menjadi 0,67 miliar AS, dipengaruhi oleh penurunan ekspor migas di tengah impor migas yang meningkat.
Untuk keseluruhan 2020, transaksi berjalan masih defisit US$ 4,7 atau 0,4 persen PDB. Membaik dibandingkan 2019 yang defisit US$ 30,4 miliar (2,72 persen PDB).