ERA.id - Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Eddy Soeparno meminta penjelasan PT Pertamina (Persero) terkait penyebab kebakaran Kilang Balongan di Indramayu, Jawa Barat. Sekaligus mendesak pemulihan operasi kilang, agar distribusi bahan bakar berjalan lancar.
"Kami meminta Pertamina segera memberikan penjelasan perihal penyebab kebakaran objek vital Kilang Balongan di Indramayu, dan segera mempersiapkan langkah-langkah pemulihan operasi kilang," kata Eddy Soeparno dalam keterangan persnya di Jakarta, Senin (29/3/2021).
Lebih lanjut pihaknya akan segera memanggil Direksi Pertamina untuk meminta penjelasan terkait kronologis kebakaran Kilang Balongan. Hal itu sangat penting, untuk menjadikan pelajaran, agar peristiwa serupa tidak terulang kembali.
Sementara itu, Corporate Secretary Subholding Refining Petrochemical PT Kilang Pertamina Internasional Ifki Sukarya mengaku aktivitas distribusi pasokan bahan bakar minyak untuk masyarakat tidak terganggu, dan tetap berjalan baik meski ada insiden kebakaran Kilang Balongan.
"Adanya insiden ini, kami memastikan bahwa pasokan BBM ke masyarakat tidak terganggu dan saat ini masih berjalan normal," jelas Ifki Sukarya.
Sebagaimana diketahui, insiden kebakaran Kilang Balongan terjadi pada tangki T-301G sekitar pukul 00.45 dini hari.
Saat itu kondisi cuaca sedang terjadi hujan lebat disertai petir. Nyala api kebakaran dapat terlihat dengan jarak lima kilometer. Ratusan warga melakukan evakuasi ke tempat aman menjauhi lokasi kebakaran.
Mereka yang mengungsi merupakan warga dari Desa Balongan yang merupakan desa yang berlokasi paling dekat dengan tempat kejadian.
Saat insiden terjadi, pihak Pertamina menyebutkan ada empat warga yang tengah melintas sehingga mengalami luka bakar dan langsung dirujuk untuk perawatan intensif di RSUD Indramayu.
Dalam mengupayakan pemadaman, Pertamina mendatangkan tim Healthy Safety, Security, dan Enviroment (HSSE) dari unit kilang terdekat, yakni Kilang Cilacap, Kilang Eksplorasi dan Produksi, Kilang Plaju, serta Badan Penanggulangan Bencana Daerah di Indramayu.