ERA.id - Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil menyerahkan seluruhnya soal Pilpres 2024 kepada ketentuan Allah. Hal itu menanggapi pertanyaan kesiapan dan hasil survei yang menggadang-gadangnya sebagai calon potensial di Pilpres 2024 mendatang.
"Kalau ke depan itu hanya Allah yang tahu, kalau ada pintunya ya Bismillah, kalau tidak ada juga tidak masalah. Jadi ya begitu prinsip kerja saya, makanya kesini biar banyak kerjasama sama beliau-beliau ini," kata pria yang karib disapa Kang Emil itu di rumah dinas Gubernur Sumatera Utara, Jalan Jenderal Sudirman Medan, Rabu (31/3/2021).
Menurutnya, saat ini dia hanya fokus bekerja menjalankan sumpah jabatan sebagai kepala daerah. Meski banyak yang mengadang-gadang dirinya sebagai calon presiden potensial pada Pilpres 2024 mendatang.
"Kita ini bekerja bukan untuk disurvei, tidak untuk dapat pujian, tapi karena sudah disumpah jadi pemimpin daerah," tegasnya.
Ridwan Kamil mengatakan agendanya datang ke Sumut dalam rangka konsolidasi dengan para kepala daerah penghasil migas dan energi terbarukan.
"Saya ini terpilih sebagai ketua umum daerah-daerah penghasil migas dan terbarukan di bulan Desember kemarin. Jadi daerah-daerah penghasil migas di Sumatera meminta untuk berkumpul di Medan untuk membahas tiga hal penting," kata Ridwan Kamil.
Dijelaskan Ridwan, ada tiga hal yang akan dibahas bersama para gubernur itu. Pertama menyuarakan keadilan bagi daerah penghasil migas dan energi terbarukan. Kata dia, daerah penghasil migas masih merasa belum mendapat hasil maksimal akibat banyaknya prosedur dan hal lain.
"Karena banyak daerah penghasil energi merasa pendapatan ke daerahnya belum maksimal, begitu banyak prosedur dan lain-lain," ujarnya.
Hal lain yang akan dibahas dalam pertemuan kepala daerah tersebut, kata Emil yakni peningkatan potensi di daerah agar dapat bersaing di level global. Dan terakhir adalah persoalan mendorong energi terbarukan di Indonesia. Meskipun Ridwan Kamil mengatakan Indonesia terlambat dalam mendorong pemajuan energi terbarukan.
Dibandingkan dengan negara lain, misalnya Denmark yang sudah menyelesaikan pengembangan energi terbarukan hingga 100 persen. Sementara Indonesia, baru mencapai 4 persen.
"Tiga itulah yang menjadi agenda yang akan dibahas. Pokoknya di daerah kita berjuang sama-sama karena republik ini kan bukan hanya urusan pusat. Urusan regional itu juga perlu dan kadang gagasan itu bisa datang dari daerah," pungkasnya.