Banyak Anak Muda Terpapar Radikalisme dan Terorisme dari Medsos, Dibaiat Secara Online

| 03 Apr 2021 15:03
Banyak Anak Muda Terpapar Radikalisme dan Terorisme dari Medsos, Dibaiat Secara Online
Pelaku bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar. (Foto: Istimewa)

ERA.id - Mantan narapidana terorisme, Haris Amir Falah mengungkapkan, banyak anak muda terpapar radikalisme dan terorisme dari media sosial. Kecanggihan teknologi, disebut mempermudah para kelompok maupun jaringan terorisme dalam merekrut anggota.

Haris mengatakan dengan media sosial para pelaku lebih mudah diba'iat tanpa harus bertemu langsung. Berbeda dengan eranya yang kebanyakan perekrutan dilakukan dengan menyusupi diskusi-diskusi pengajian.

"Sekarang itu karena teknologi sudah canggih, orang itu bisa direkrut tanpa bertemu muka. Mereka bisa aktif berdialog dibina lewat media sosial," kata Haris dalam diskusi virtual, Sabtu (3/4/2021).

"Sistem ba'iat sekarang kan tidak harus bertemu. Mereka bisa di kamar sendirian kemudian berbait, kemudian sudah terikat. Jadi bisa sekali didoktrin tanpa tatap muka," imbuhnya.

Haris mengungkapkan, ada sejumlah media sosial yang kerap digunakan kelompok maupun jaringan terorisme untuk melakukan perekrutan hingga pembinaan secara masif. Antara lain adalah melalui aplikasi percakapan 'Telegram' dan media sosial Facebook.

"Di Telegram atau juga di medsos lainnya di Facebook saya rasa juga digunakan. Jadi tanpa bertemu, seseorang bisa menjadi seorang pengantin lah," kata Haris.

Terkiat dengan keterlibatan anak muda, Haris mengatakan bahwa usia muda di bawah 30 tahun termasuk usia paling rentan terpapar paham-paham radikal dan mudah terhasut untuk melakukan aksi teror. Dia sendiri mengaku direkrut ketika masih duduk di bangku Sekolah Menangah Atas (SMA).

Haris mengatakan, anak muda bisanya sedang mencari jati diri. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh kelompok dan jaringan terorisme untuk melakukan rekrutmen.

"Di bawah 30 tahun itu memang usia rentan, karena memang kan masih mencari jati diri. Kemudian bertemu dengan doktrin-doktrin yang bisa menyalurkan apa yang menjadi keinginannya," kata Haris.

Seperti diketahui, sejumlah aksi teror terjadi dalam sepekan terakhir. Terakhir, aksi dilakukan di dalam area Markas Besar (Mabes) Polri pada Rabu (31/3) sore. Pelaku penyerangan merupakan seorang perempuan berinisial ZA dan masih berusia 25 tahun.

Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo menyebut ZA melakukan aksi seorang diri atau lone wolf namun berkiblat kepada ISIS.

"Dari hasil profiling terhadap yang bersangkutan, maka yang bersangkutan ini adalah tersangka atau pelaku lone wolf yang berideologi radikal ISIS, yang dibuktikan dengan postingan (pelaku) di sosial media," kata Sigit dalam konferensi pers di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Rabu (31/3/2021).

"(Pelaku) memiliki Instagram yang baru dibuat diposting 21 jam yang lalu di mana di dalamnya ada bendera ISIS dan ada tulisan bagiamana masalah perjuangan jihad," imbuhnya.

Rekomendasi