Respons DPR Soal Kelanjutan Vaksin Nusantara

| 20 Apr 2021 18:32
Respons DPR Soal Kelanjutan Vaksin Nusantara
Melki Laka Lena (dpr.go.id)

ERA.id - Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Melki Laka Lena merespon penandatanganan nota kesepahaman antara Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa terkait kelanjutan penelitin Vaksin Nusantara.

Vaksin yang dikembangkan mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto tersebut kini hanya sebatas penelitian sel dendritik saja dan digunakan untuk kepentingan ilmiah berbasis pelayanan.

Meski begitu, Melki tetap mendorong para peneliti dalam negeri untuk terus berinovasi dan menciptakan produk-produk yang bisa digunakan hingga ke seluruh dunia.

"Kami ingin mendorong para peneliti di negeri ini dengan melihat majunya vaksin nusantara terus didorong untuk diteliti dengan kita ingin mencari produk anak bangsa yang sesuai dengan kaidah baik itu di dunia internasional," ujar Melki kepada wartawan, Selasa (20/4/2021).

Dia juga meminta para peneliti tidak perlu takut melakukan penelitian dan pengembangan baik obat maupun alat kesehatan, khususnya dalam rangka penanganan pandemi COVID-19. Melki kemudian mencontohkan alat skrining COVID-19 GeNose buatan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta yang kini banyak digunakan.

"Kami Komisi IX dan DPR RI secara umum, pimpinan DPR RI juga mendukung penuh agar peneliti-peneliti di bangsa ini harus menjadi tuan rumah di negeri sendiri," katanya.

"Para peneliti jangan takut untuk terus melakukan inovasi, terus melakukan penelitian dalam rangka menjawab berbagai kebutuhan termasuk dalam pandemi COVID-19 saat ini," tambahnya.

Dia juga meminta masyarakat terus mengadakan diskusi-diskusi yang objektif membahas kemandirian kesehatan di Indonesia. Berkaca dari polemik Vaksin Nusantara, menurut Melki, terlihat bahwa masyarakat kini sudah mulai memiliki kesadaran akan pentingnya kemandirian kesehatan.

Dia berharap, ke depannya akan semakin banyak penelitian dan pengembangan obat maupun alat kesehatan yang bisa digunakan tak hanya di dalam negeri tapi juga di dunia.

"Kita syukuri juga bahwa perdebatan ini menjadi luas tapi sekaligus membuka mata kita bahwa produk-produk dalam negeri kita baik itu GeNose dan hari ini Vaksin Nusantara dan vaksin merah putih kita berikan tempat yang sebesar-besarnya dan bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri," ujarnya.

Diketahui, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan  Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa menandatangani nota kesepahaman terkait Vaksin Nusantara pada Senin siang (19/4/2021).

Disebutkan, penelitian Vaksin Nusantara yang kini dilakukan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta tersebut bukan kelanjutan dari uji klinis fase I yang selama ini disebutkan.

Selain itu, penelitian Vaksin Nusantara akan bersifat autolugus. Artinya, hanya bisa digunakan untuk diri pasien sendiri dan tidak untuk dikomersialkan. Dengan begitu, tidak membutuhkan izin edar dari BPOM.

Kepala RSPAD Gatot Soebroto Letnan Jenderal dr. Albertus Budi Sulistya menegaskan, penandatanganan nota kesepahaman tersebut bukan untuk menghentikan penelitian Vaksin Nusantara. Melainkan merubah fokus penelitian saja.

Dia menjelaskan, penelitian Vaksin Nusantara hanya digunakan untuk kepentingan ilmiah berbasis pelayanan.

"Penelitian denditrik sel terapi ini tetap lanjut dan status penelitiannya adalah penelitian riset berbasis pelayanan," kata Budi.

Lebih lanjut, Budi mengtakan, ke depannya, para peneliti akan mendalami sejauh mana sel dendritik yang digunakan dapat menangkal COVID-19, karena sebelumnya sel dendritik dikembangan untuk menangani pasien kanker.

"Jadi kembali ke penelitian ilmiah, menjadi penelitian ilmiah berbasis pelayanan. Menggunakan dendritik sel untuk meningkatkan imunitas terhadap virus Sars-COV2. Penelitiannya jadi itu," kata Budi.

Rekomendasi