ERA.id - Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto meyakini untuk memutuskan calon pemimpin tidak bisa berdasarkan hasil survei semata. Di PDI Perjuangan, kata Hasto, partai politik punya mekanisme.
Ia menambahkan setiap calon pemimpin yang mengikuti kontestasi harus melalui kaderisasi kepemimpinan masyarakat, terjun ke tengah rakyat, dan setelah melalui berbagai ujian kepemimpinan, khususnya ketika dihadapkan untuk mengambil keputusan yang sulit, terasa pahit, dan berisiko, namun baik bagi masa depan bangsa dan negara. Selain hal tersebut, keputusan capres dan cawapres dilakukan oleh Megawati Soekarnoputri sebagaimana halnya terjadi pada tahun 2014 dan 2019 yang lalu.
"Tolak ukur seorang pemimpin bangsa dan negara tidaklah semata-mata dari survei," kata Hasto di sela-sela kegiatan sunatan massal di Kantor DPP PDIP di Jakarta Pusat, Sabtu (23/10/2021).
Hasto menilai banyaknya pengalaman yang keliru ketika mengambil keputusan berdasarkan semata-mata hasil survei. Dia mencontohkan Susilo Bambang Yudhoyono yang dalam survei sebelum Pilpres sangat tinggi, tetapi saat ini dipertanyakan legacy apa dari kepemimpinan Beliau.
"Ini menjadi pendidikan politik bagi kami bahwa kami mencari sosok pemimpin yang berani mengambil tanggung jawab, keputusan meskipun pahit. Kami bukan mencari pemimpin yang menyenangkan semua pihak, tetapi yang punya tanggung jawab bagi masa depan bangsa dan negara," kata dia.
Menurut alumnus UGM itu, seorang presiden harus bertanggung jawab terhadap negara dan rakyatnya di masa depan. Presiden juga harus berani tampil menghadapi tantangan internasional, seperti ketegangan di Laut Tiongkok Selatan, krisis di Timur Tengah, kemudian beban dari kebijakan fiskal terhadap utang akibat akumulasi pinjaman luar negeri di masa lalu, dan juga akibat pandemi.
"Itu semua menjadi tanggung jawab pemimpin yang akan datang. Pemimpin harus dipersiapkan sebaik-baiknya," jelas Hasto.
Selain hal tersebut, pemimpin juga kokoh dalam ideologi Pancasila. "Jadi urusan capres dan cawapres sebaiknya dengan pertimbangan matang. Dipikirkan masak-masak melalui kontemplasi, melihat rekam jejak calon, kepribadian, kemampuan teknokrasi dan lainnya. Namun yang pasti, Bu Megawati selalu berdialog dan mencari pemimpin yang sesuai dengan kehendak rakyat," tegas Hasto